Cakka dan Oik berhenti sejenak di depan cafe tempat Rio – Oik serta Keke – Oik janjian. Tepat di depan cafe itu ada cafe juga. Cakka dan Oik memasukki cafe itu, duduk sebentar untuk berbicara berdua.
“Kamu tunggu sini aja ya” pesan Oik.
“Oke, aku awasin kalian dari sini. Sekalian liat reaksi Keke” timpal Cakka.
“Ya udah ya, aku ke sana dulu..” pamit Oik.
Oik meninggalkan Cakka dan berjalan menuju tempatnya dan Rio serta Keke janjian.
Tanpa ragu, ia segera menuju tempat Rio duduk, di salah satu sudut cafe tersebut. Oik duduk di hadapan Rio yang sedari tadi telah menunggunya.
“Udah lama?” tanya Oik berbasa-basi.
“Ga kok.. Aku juga bau dateng” jawab Rio dengan senyum manisnya.
Tanpa sadar, sepasang mata telah mengawasi mereka. Bukan mata Cakka, tetapi mata Keke. Keke terlihat mendidih dengan perlakuan Rio untuk Oik yang sebegitu lembutnya, sangat berbanding terbalik dengan sikap Rio padanya.
***
Gadis chubby itu masih saja mengaduk-aduk jus pesanannya sambil menunggu seseorang. Gadis itu, Keke. Cewek chubby dengan minidress berwarna soft pink yang meletakkan ponsel Nokia miliknya di sebelah gelas jusnya.
Sejenak ia mengedarkan pandangannya itu melihat sekeliling, tapi sayangnya ia belum melihat Rio yang juga menunggu seseorang, seseorang yang ia nantikan pula kehadirannya.
Kedua bola matanya terantuk pada seorang gadis manis yang baru saja datang dengan menebar senyumnya. Baru saja ia akan menyapa gadis itu , gadis itu sudah berjalan menjauhi tempatnya dan menuju sudut lain cafe itu.
“Oik? Sama Rio? Ngapain? Bukannya dia janjian sama gue?” gumamnya sambil tetap mengaduk-aduk jusnya.
Sepasang matanya terus menatap Rio dan Oik lekat seraya menajamkan pendengarannya agar dapat mendengar lebih jelas percakapan mereka.
Seulas senyum tipis muncul dari bibir seseorang yang terus mengawasi mereka bertiga, Cakka.
***
“Jadi gimana?” tanya Rio membuka pembicaraan.
“Gimana apanya?” tanya Oik balik setelah memesan segelas hot choco kepada sang pelayan yang terus saja menyunggingkan senyumnya.
“Jawaban kamu buat pertanyaan aku tempo hari” jelas Rio.
“Oh yang itu..” gumam Oik seraya mencoba mengulur waktu.
“Iya, jadi? Mau ato ga?” tanya Rio sekali lagi.
“Yakin kamu suka aku? Aku bukan pelampiasan doang?” tanya Oik memastikan.
“Yakin.. Keke cuman masa lalu aku” jawab Rio mantap.
“Buktinya apa kalo kamu udah ngelupain Keke?” tanya Oik.
“Sumpah demi apapun aku sayangnya sama kamu, bukan sama Keke. Dari dulu, sekarang, dan besok” ujar Rio sambil menatap mata Oik.
‘Haha.. Sorry aja ya, gue ga ada rasa lagi sama lo’ cibir Oik dalam hati.
“Dari dulu? Maksudnya apa?” tanya Oik pura-pura tak mengerti.
“Kamu belum dikasih tau sama Septian? Septian dulu pernah bilang kok sama kamu” tutur Rio, mencoba membuat ingat akan perkataan Septian kala itu.
“Oh, yang Septian bilang kalo kamu ga pernah sayang sama Keke?” tanya Oik dengan tajam dan menekankan beberapa kata.
“Iya.. Jadi? Gimana?” tanya Rio *Rio kebanyakan nanya ah*
Oik tak menjawabnya, ia hanya menganggukkan sedikit kepalanya dan melukiskan senyum tipis di bibir mungilnya.
Rio bersorak kegirangan atas jawaban Oik barusan. Sejujurnya ia tak mengerti apa perasaannya pada Oik sekarang. Sekarang ia punya Keke dan Oik, tapi entah mengapa hatinya lebih terpaut pada Oik.
Dan tanpa mereka sadari, sepasang mata yang sudah basah oleh cairan beningnya masih menatap mereka dengan lekat. Bibirnya sedikit bergetar karena terus menahan cairan bening itu agar tak keluar dari pelupuknya setelah mendengar pengakuan Rio.
Keke, duduk di sudut lain cafe tersebut. Pikirannya campur aduk. Tak mengerti dengan apa yang terjadi sekarang. Ia putuskan untuk pulang tanpa berpamitan kepada Oik. Ia segera meninggalkan cafe tersebut dengan meletakkan selembar uang berwarna biru di mejanya tadi.
Keke menyetop taxi yang lewat di depan Thamrin City. Telapak tangannya terus menutup mulutnya, mencegah orang-orang tau bahwa ia sedang menangis tersedu sekarang. Segera ia sebutkan alamat rumahnya dan taxi itu meluncur ke sana.
Sesampainya di rumah, ia segera memasukki kamarnya dan menutup rapat-rapat pintunya. Seharian itu ia habiskan dengan menangis, menangisi Rio dan semua pengakuannya pada Oik tadi.
Ia butuh ketenangan sekarang. Karena lelah menangis, ia sampai tertidur. Terlelap dalam kesedihan dan tangisnya sore itu.
***
Sekilas Oik melirik jam pada layar ponselnya dan menatap Rio yang duduk di hadapannya secara bergantian dengan wajah cemas.
“Kenapa kamu?” tanya Rio penasaran.
“Udah jam segini, aku pulang dulu ya. Takut dicariin” pamit Oik.
“Aku anter ya?” tawar Rio lembut.
“Ga usah, ntar kamu capek lagi. Udah ya..” Oik segera berlalu pergi dari hadapan Rio.
Oik keluar dari cafe tersebut dengan senyum kemenangan. Tak lupa ia menyusul Cakka yang sedari tadi masih menunggunya di cafe depan. Dengan langkah riang ia hampiri Cakka.
“Ke parkiran yuk, yang lain pasti nungguin” ajak Oik seraya menarik lengan Cakka.
“Iya..” jawab Cakka riang.
***
Ketika Cakka dan Oik memasukki mobilnya, Iyel sudah berada di sana setelah mengantar Shilla pulang tentunya. Ia terlihat sangat puas dengan keberhasilan rencananya kali itu.
“Gimana?” tanya mereka semua dengan bersemangat.
“Sip, gue udah jadian kok sama Rio” jawab Oik dengan senyum lebarnya.
“Gue juga liat kok tadi Keke buru-buru keluar dari cafe sambil berkaca-kaca gitu matanya. Kayaknya rencana kita sukses abis deh” timpal Cakka.
Mereka semua terlarut dalam tawa dan pembicaraan tentang rencana mereka sore itu. Suasana sore itu cerah, secerah hati mereka saat ini.
***
Keesokan harinya..
Seperti biasa, Cakka, Oik, Iyel, dan Via berangkat bersama menggunakan mobil Iyel. Dan seperti biasa pula, Via turun di ujung gang sekolah. Demi rencana mereka dan demi memberi ‘sesuatu’ pada Shilla hingga akhirnya gadis cantik itu sadar.
“Udah, turun sini aja” pinta Via.
Iyel segera menghentikan mobilnya dan Via segera turun dari mobil sambil menebarkan senyumnya untuk Cakka dan Oik, terutama Iyel. Ia kembali menutup pintu dan mobil melesat menuju SMPN 484.
***
Di SMPN 484 Jakarta..
Mobil Iyel sudah terparkir rapi di lapangan dengan diapit dua mobil lain di sisi kanan dan kirinya. Mereka turun dan segera menuju kelas 9E. Bel masuk berbunyi tepat ketika mereka baru saja memasukki kelas.
Ada yang berbeda ketika mereka bertiga memasukki kelas. Sepertinya ada yang berpindah bangku. Dan setelah mereka lihat lagi ternyata Shilla dan Agni pindah ke bangku depan Obiet dan Iyel yang semestinya ditempati oleh Olivia dan Ourel.
Iyel mendengus kesal karena mengetahi Shilla berpindah duduk ke depannya. Dengan malas ia seger duduk dan meletakkan tasnya. Ia mengambil iPod putihnya dan segera memasang headset, tak perduli dengan ‘pacarnya’ yang sedari tadi cemberut karena tak ia hiraukan.
Tiba-tiba saja ponsel Iyel bergetar pertanda ada sebuah SMS masuk, entah dari siapa. Tapi setelah melirik layar ponselnya sebentar, wajahnya kembali sumringah. Satu pesan singkat dari Via mampu merubah moodnya pagi itu.
---
From : Mrs Gabriel :D
Yel, ntar kakak kelas yang baru lulus mau ada reuni di sini. Aku tau dari Kak Dayat kalo ternyata Kak Riko juga dateng. Do the best for us ;)
---
To : Mrs Gabriel :D
Oke.. Tapi kamu jangan jealous ya kalo seharian ini aku nempel ‘pacarku’ terus :p
---
From : Mrs Gabriel :D
Ga bakalan jealous kok, kamu tetep punyaku kaaaannnnn :p
---
To : Mrs Gabriel :D
Iya, haha :D. Pokoknya aku bakalan lakuin yang terbaik buat kita.
---
From : Mrs Gabriel :D
Sip. Kak Riko pasti bakal ninggalin Shilla karena dia milih kamu. Shilla sebenernya sayang Kak Riko, cuman dia ga nyadar aja. Dia cuman pengen milikin kamu, bukan sayang kamu :p
---
To : Mrs Gabriel :D
Udahan ya, takut ketauan Shilla.. Dia pindah duduk ke depan aku soalnya. Bye~
---
Iyel segera menghampiri bangku Cakka dan Oik setelah melepaskan headset iPodnya. Dengan senyum mengembang ia menyapa Cakka dan Oik. Mereka berdua heran dengan sikap Iyel. Tadi badmood gara-gara Shilla deket-deket dia, sekarang senyam-senyum ga jelas. Cakka berdoa dalam hati supaya sepupunya itu tetap waras.
“Gua masih waras woy” kata Iyel seolah mengetahui arti tatapan Cakka dan Oik padanya.
“Terus kenapa senyum-senyum ga jelas?” tanya Cakka bingung.
Iyel segera membisikkan kabar yang ia dapat dari Via barusan kepada Cakka dan Oik. Cakka dan Oik mendengarkannya sambil manggut-manggut. Bisikkan Iyel tadi disambut dengan sumringah oleh Cakka dan Oik.
“Sip, lo sama Via kudu berhasil nih” ujar Oik bersemangat.
“Pasti Ik.. Lo juga kudu berhasil tuh sama Rio - Keke” balas Iyel.
“Eh, biasanya kalo ada alumni yang ke sini kan guru-guru pada ribet ama mereka, kita pasti ditinggalin, dan ujung-ujungnya ga ada pelajaran” ucap Cakka dengan senyum mengembang.
“Iya tuh.. Sip deh!” sahut Iyel dan Oik berbarengan.
***
Para alumni baru saja datag beberapa menit yang lalu tetapi para guru SMPN 484 sudah sibuk sendiri mengobrol dengan para alumni itu. Jadilah para murid dibiarkan dan pelajaran ditiadakan pada hari itu.
Riko beserta para sahabatnya sedang berkumpul di kantin ketika Via, Angel, dan Zevana ke sana. Niat awal sih mereka mau beli minum dan langsung ke kelas 9E. Tapi ternyata mereka keburu melihat Riko. Dengan cepat ketiga cewek tadi segera ke kelas 9E dan memberitahukannya pada teman-teman di sana.
“Yel, lo cepetan cari Shilla deh. Terus kalian berdua langsung ke kantin” saran Alvin.
“Iya tuh.. Cepetan gih, keburu Kak Riko pulang nih” desak Via dengan semangat.
“Tuh, cewek lo aja semangat gitu” timpal Zevana.
Dengan terpaksa Iyel segera bangkit dan pergi mencari Shilla. Ia menemukan Shilla sedang duduk sambil mendengarkan alunan suara dari iPodnya dengan memejamkan matanya di depan Laboratorium Fisika, tempat yang sama seperti kemarin.
“Shilla..” sapa Iyel lirih.
Shilla tetap tak bergeming dan Iyel jadi kesal sendiri. Ia tepuk bahu gadis cantik itu dan tetap saja, ia diam dan mengacuhkannya begitu. Sampai akhirnya Iyel menggoncangkan badan gadis itu. Gadis itu membuka perlahan-lahan kedua matanya, menggeliat sebentar, dan mencoba memfokuskan matanya pada sosok laki-laki di hadapannya.
“Eh, Iyel.. Ngapain?” tanya Shilla sambil menguap.
“Kamu ketiduran ya?” tanya Iyel balik.
“Iya.. Lagi pula aku kan bosen, ga ada temen. Ya udah deh, mendingan aku tidur aja di sini. Hehe..” jawab Shilla dengan cengiran lebarnya.
“Oh, aku ganggu kamu dong ya?” gumam Iyel.
“Ga kok, udah ga ngantuk ini” jawab Shilla dengan tersenyum manis.
Keheningan kembali menyelimuti Laboratorium Fisika itu seperti saat Iyel belum datang dan Shilla terlelap sendirian sambil mendengarkan lagu dari iPodnya yang berwarna ungu.
“Eh iya.. Kamu tadi ngapain ke sini?” lanjut Shilla, memecang keheningan.
“Cuman pengen ngajak kamu ke kantin aja..” jawab Iyel santai.
Dahi Shilla berkerut heran mendengar ucapan Iyel, “Tumben? Kok ga sama temen-temen kamu aja?”
“Males.. Mereka mojokin aku gara-gara aku jadian sama kamu” kata Iyel memberi alasan (palsu).
Shilla tersenyum, bangkit dari duduknya, dan menarik lengan Iyel menuju kantin sekolah mereka yang hanya terpisah beberapa puluh meter saja dari Laboratorim Fisika.
***
Di Kantin..
Sesampainya mereka berdua di kantin. mereka langsung memesan makanan dan memakannya di meja deket meja Riko dkk. Shilla duduk di hadapan Iyel yang berarti Shilla membelakangi Riko.
Riko tertegun melihat Shilla dan Iyel saat itu. Mungkin benar apa kata hatinya saat Shilla menerimanya dulu, Shilla masih berharap Iyel akan kembali padanya. Dan sekarang, Iyel benar-benar kembali padanya.
Dengan amarah yang meluap, Riko menghampiri Iyel dan Shilla yang sedang makan dan diiringi tawa renyah keduanya.
“Shilla, gini ya kamu ternyata ?!” bentak Riko pada Shilla.
Shilla kaget dengan kedatangan Riko yang tiba-tiba dan disaat ia sedang bersama Iyel seperti sekarang. Ia tak berani menatap Riko yang matanya tampak berkilat-kilat itu. Ia terus menundukkan kepalanya dan menyembunyikan wajahnya dibalik rambut lebatnya.
“Ga bisa jawab kan?! Oke, mulai sekarang kita putus!” bentak Riko sekali lagi, ia segera beranjak meninggalkan Shilla dan Iyel yang sekarang menjadi pusat perhatian itu.
Iyel tersenyum samar dibalik wajah (sok) khawatirnya dengan Shilla. Ia dapat mendengar isakan yang keluar dari bibir Shilla saat itu. Dan saat itu juga ia yakin kalo Shilla sebenarnya menaruh hati pada kakak kelasnya tersebut.
Karena tak mampu lagi membendung linangan air mata yang keluar, Shilla segera berlari meninggalkan kantin menuju toilet sekolahnya sambil menutup sebagian wajahnya yang terlihat memerah.
Iyel nampak tersenyum lebar menyaksikan reaksi Shilla barusan. Iapun segera bangkit dan kembali menuju kelasnya, kelas 9E.
***
Di Kelas 9E..
Kelas itu cukup riuh padahal di dalamnya hanya ada beberapa siswa-siswi saja, tak samapi dua puluh. Cakka, Oik, Obiet, Angel, Deva, Nova, Alvin, Acha , dan Via. Mereka bersembilan sedang mengobrol dan sesekali terdengar tawa riang dari bibir mereka.
Iyel memasukki kelasnya dengan senyum mengembang. Ia segera menghampiri Via dan duduk di sebelah gadis berwajah oriental tersebut. Sesaat, semua pasang mata memandanginya soelah ingin menanyakan bagaimana kelangsungan rencana mereka.
“Berhasil! Tadi Riko putus sama Shilla dan Shilla lari sambil nangsi gitu aja ninggalin gue” kata Iyel, ia tak hentin-hentinya menyunggingkan senyum di bibirnya.
“YEAAAAAAAAYYYY!!” sorak-sorai mereka terdengar sangat lepas. Dan kelas 9E serta koridor di depan 9E seolah penuh dengan sorakan dan tawa mereka bersepuluh.
0 komentar:
Posting Komentar