Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

MY NEW 'FRIEND' (Part 20)

“Oke.. Aku SMS dia dulu ya” kata Oik, matanya kembali terantuk pada layar ponselnya.

---

To : Mario Stevano

Oke, mau ketemuan di mana?

---

From : Mario Stevano

Kamu maunya di mana?

---

To : Mario Stevano

Thamrin City aja ya, cuman itu yang deket sekolahku.

---

From : Mario Stevano

Sip, jam tiga sore ya!

---

To : Mario Stevano

Iya, see you :D

---

Oik kembali meletakkan ponselnya dan membalikkan badannya, menghadap Cakka yang duduk tepat di belakangnya.

“Kenapa?” tanya Cakka.

“Ntar ketemuannya di Thamrin City jam tiga sore, bisa?” tanya Oik memastikan.

“Bisa kok.. Don’t worry” kata Cakka sok inggris.

“Ya udah” ujar Oik, ia kembali membalikkan badannya.

“Ik, itu Bu Winda kan ya?” tanya Nova ketika melihat seorang wanita berwajah manis sedang berjalan menuju kelas mereka.

“Iya, mata gue ga mungkin seliwer nih” ucap Oik.

“Emang hari ini ada pelajarannya dia?” tanya Nova lagi.

“Ga deh.. Apa jangan-jangan gue yang salah liat jadwal ya?” ujar Oik sambil mengerutkan jidatnya.

“Kalo lo salah liat, berarti gua juga dong” timal Nova.

Dan, benar saja, Bu Winda memasukki kelas 9E dengan tetap memasang wajah menyeramkannya seperti biasa. Beberapa detik ia bercakap-cakap dengan Pak Dave, Pak Dave menganggukkan kepalanya, dan Bu Winda berjalan menuju depan kelas.

“Pagi semuanya..” sapanya kepada seluruh penghuni 9E.

“Pagi..” jawab semuanya dengan malas.

“Ada teman baru buat kalian, teman lama mungkin bagi beberapa dari kalian. Ayo, silahkan masuk” ujar Bu Winda sembari menoleh ke arah pintu.

Dan.. Seorang cewek manis mengenakan tas berwarna soft blue dan lesung pipi di kedua pipinya masuk dan berdiri di sebelah Bu Winda.

“Achaaaaaaaa!!!” teriak beberapa penghuni 9E yang memang sudah kenal dengannya.

“Halo semuaa..” sapa Acha pada mereka semua.

“Udah ya, Acha duduk sama siapa aja boleh. Acha cari tempat sendiri aja” pesan Bu Winda sebelum keluar dari kelas 9E.

Acha menganggukkan kepalanya, menyunggingkan senyum tipis, dan Bu Winda kembali melenggang meninggalkan kelas 9E yang gaduh karena kehadiran Acha.

Acha segera mencari tempat duduk yang kosong. Bangku paling depan, sebelah kanan Nova dan Oik. Acha menuju ke sana dan meletakkan tasnya di bangku.

Tak lama, bel istirahat berbunyi. Pak Dave pergi meninggalkan 9E, beberapa siswa-siswi langsung keluar kelas. Tersisa Acha, Deva, Nova, Obiet, Iyel, Alvin, Cakka, dan Oik di dalam kelas.

Terdengar derap langkah beberapa kaki yang berjalan menuju kelas 9E. Koridor saat itu sedang sepi karena para siswa lebih memilih untuk menghabiskan waktu istirahatnya di kantin, itu membuat derap langkah tadi jelas terdengar dari dalam 9E.

“Haloooo!!” sapa Zevana, Angel, dan Via dari luar kelas.

Mereka bertiga segera memasukki 9E dan terbelalak melihat Acha sedang duduk manis di kelilingi Deva, Nova, Obiet, Iyel, Alvin, Cakka, dan Oik. Mereka bertiga segera berhambur menuju Acha, memeluk gadis manis itu dengan erat.

“Acha , kapan lo balik?” tanya Angel dengan tetap memeluknya.

“Tadi malem nyampek Indo..” jawab Acha, tersenyum dibalik pelukan Zevana, Angel, dan Via.

“Gue kangen sama lo!” kata Via.

“Gue juga kok, di Jepang sepi.. Ga ada kalian” ujar Acha dengan nada riang.

“Lo inget gue kan? Meskipun gue cuman temen lo, gue tetep kangen lo tinggal ke Jepang” sahut Zevana, melepaskan pelukannya pada Acha.

“Iya, dan mulai sekarang lo itu sahabt gue! Sama kayak yang lainnya” sahut Acha, gadis itu kembali menyunggingkan senyumnya.

“Udah dong acara pelukannya” kata Obiet dari tempatnya.

“Iya ah, kita omongin rencana kita aja” saran Deva.

“Mumpung ga ada siapa-siapa nih” sahut Nova setelah celingukan ke mana-mana.

“Oke” jawab yang lainnya, setuju.

“Rencana apaan?” tanya Acha bingung.

“Jadi gini Cha..” Alvin menjelaskan semuanya secara terperinci.

“Oh, gua ikutan dong!” kata Acha dengan bersemangat.

“Sip, bisa diatur itu” Cakka.

“Tadi si Rio SMS gue, ngajak ketemuan. Di Thamrin City. Enaknya gimana?” tanya Oik, meminta saran kepada seluruh sahabatnya itu.

“Setujuin aja Ik, sekalian lo suruh Keke juga kesana. Tapi tanpa sepengetahuan Rio ya” timpal Via dengan senyum mengembang.

“Iya, gih lo SMS si Keke” saran Angel.

Oik mengangguk lugas dan mulai berkutat dengan ponselnya itu.

---

To : Keke Chubby

Ke, kita bisa ketemuan ga?

---

From : Keke Chubby


Bisa, mau ngomongin apa?

---

To : Keke Chubby

Gue pengen ngomongin soal Rio, maaf sebelomnya

---

From : Keke Chubby

Ga papa, gue kan udah putus sama dia.

---

To : Keke Chubby

Iya, di Thamrin City jam tiga sore ya..

---

From : Keke Chubby

Sip, gue tunggu di tempat kita reuni dulu

---

“Sip, gue ketemuan sama dia di tempat yang dulu gue sama dia pake buat reuni” ujar Oik.

“Lo udah kasih tau Rio?” tanya Zevana.

“Buat apa? Dia pasti nungguin gue di tempat itu kok” jawab Oik enteng.

“Oke, terus lo sama Via gimana?” tanya Cakka sambil melirik ke arah Iyel.

“Sekarang deh.. Yuk Vi” Iyel menyeret Via keluar kelas.

“Emang mereka mua ngapain?” tanya Acha.

“Udah, liat aja. Bakalan seru sih kayaknya” ucap Obiet dengan senyum penuh artinya.

***

Di Depan Laboratorium Fisika..

Di sana Shilla sedang terduduk sendiri sambil memain-mainkan rambutnya yang ia biarkan tergerai. Ia tetap saja melakukan itu sampai akhirnya Via dan Iyel bertengkar hebat di depan Laboratorium Biologi yang memang sepi.

“Kamu tega ya!” teriak Via.

“Maksud kamu apa sih?” balas Iyel.

“Itu, koleksi foto kamu! Foto siapa itu? Bukan aku!”

“Itu foto Shilla! Emang kenapa?”

Shilla tertegun mendengar untaian percakapan Via dan Iyel. Ia terus berusaha menguping dan mendengar keseluruhan percakapan mereka.

“Oh, jadi gitu ya kamu selama kita lagi tengkar!” Via meneruskan marah-marahnya.

“Iya, kenapa? Kamu ga terima?! Kamu aja bisa kayak gitu sama mantan kamu!”

“Oke, fine! Mau kamu apa?!”

“Putus!!”

“Mulai sekarang, hari ini, menit ini, detik ini, kita putus!!”

“Fine!!” teriak Via.

Via segera pergi meninggalkan Iyel dan berlari entah ke mana. Sedangkan Iyel, ia diam sejenak dan akhirnya memilih untuk kembali kelas dengan melewati Laboratorium Fisika.

“Iyel..” sapa Shilla lirih.

“Shilla, lo denger semuanya?” tanya Iyel, (sok) shock.

“Iya.. Jadi, kalian berdua beneran putus? Gara-gara gue?” tanya Shilla, merasa bersalah.

“Ga kok, mungkin emang udah takdirnya” sahut Iyel.

Iyel segera duduk di sebelah Shilla dan menyandarkan kepalanya di pundak gadis cantik itu.

‘Tuhan, ampuni gue. Ini cuman acting dan gue berusaha total. Gua sayang Via, Tuhan’ batin Iyel.

“Gue jadi ga enak sama lo dan Via” ucap Shilla memecah keheningan.

“Ga papa kok, mungkin ini yang terbaik” jawab Iyel lemas.

‘Terbaik buat ngasih lo pelajaran supaya lo ngubah sikap buruk lo’ lanjut Iyel dalam hati.

“Gue bantuin lo balikan sama Via aja gimana?” tawar Shilla dengan lembut.

“Ga Shill. Gua ga bisa bohongin lo, gua udah ga sayang Via lagi” kata Iyel.

“Terus? Lo maunya apa?” tanya Shilla.

“Gue maunya lo jadi cewek gue” lanjut Iyel.

‘Tuhan, maaf ya.. Ini cuman acting kok. Swear! Gue setia ama Via’ teriak Iyel dalam hati.

“Apa? Gue ga salah denger?” tanya Shilla dengan mata berbinar.

“Ga, dan kali ini gue serius. Lo denger kan gimana tadi gue bertengkar hebat ama Via?” ujar Iyel.

“Iya..” sahut Shilla.

“Jadi? Jawaban lo apa?” tanya Iyel lagi.

Shilla menganggukkan kepalanya dan menyembunyikan wajahnya yang memerah dibalik rambut panjangnya.

“Yes! Thanks Shill!” teriak Iyel bersorak.

“Balik ke kelas yuk, udah mau masuk kayaknya” ajak Shilla.

***

Via kembali ke kelas 9E dengan wajah riang seperti tak ada beban sedikitpun. Seolah-olah pertengkaran hebatnya dengan Iyel tadi tidak terjadi.

“Gimana?” tanya Nova bersemangat.

“Berhasil dong! Kita tinggal tunggu si Iyel balik ke kelas ini, bareng Shilla” kata Via dengan menepuk dadanya.

“Wow, nice! Berarti tinggal Cakka sama Oik ya yang belum ngapa-ngapain” timpal Alvin.

“Tenang. Ntar sore gue ada janji sama Rio , mau ngundang Keke juga tanpa sepengetahuan Rio” ujar Oik bangga.

“Sip” ujar Cakka.

“Eh, itu tuh! Si Iyel sama Shilla lagi ke sini” sontak Obiet memberitahu teman-temannya begitu ia melihat sepasang cewek-cowok yang ia kenal betul.

“Pura-pura hibur Via!” komando Deva.

Iyel dan Shilla memasukki 9E dengan wajah sumringah dan sunggingan senyum di bibir masing-masing. Seolah Shilla mengatakan bahwa ia tak kalah dengan Via. Tapi ia juga bingung dengan kelanjutan hubungannya dengan Riko.

‘Sebodo amat ah, gua udah ada Iyel ini’ rutuknya dalam hati.

“Aku duduk di tempat Agni dulu ya, biar bisa ngobrol sama kamu” kata Iyel.

Iyel segera melirik ke gerombolan sahabatnya seolah ia ingin mengatakan kalo rencana mereka hampir berhasil.

“Resek lo Yel! Baru aja putus eh udah ama dia aja!” amuk Obiet sambil menunjuk-nunjuk Shilla yang duduk di sebelah Iyel.

“Eh, suka-suka gue dong! Kan gue yang ngejalanin” balas Iyel.

“Udah Biet, biarin aja. Gue balik ke kelas ya..” kata Via.

Via segera berdiri dan berlari menuju kelasnya diikuti oleh Zevana dan Angel yang memang juga akan kembali ke kelasnya.

Bel tanda istirahat berakhir telah berbunyi. Siswa-siswi SMPN 484 berbondong-bondong kembali ke kelasnya masing-masing.

***

Bel berbunyi, terdengar sorakan gembira dari seluruh kelas di SMPN 484. Siswa-siswi segera mengemasi barang masing-masing dan berlarian menuju lapangan parkir dan kantin.

Cakka, Oik, Obiet, Angel, Alvin, Zevana, Deva, Nova, Acha, dan Via segera menuju lapangan parkir dan melesat menuju Thamrin City. Iyel akan menyusul setelah mengantar Shilla pulang, katanya.

***

Di Thamrin City..

“Kalian di mobil aja ya, biar gue sama Cakka yang turun. Rio pasti udah nungguin gue. Dan kamu Cak, ngawasin akunya jangan terlalu deket ya” celoteh Oik.

Oik dan Cakka segera menuju tempat di mana Oik dan Rio janjian. Rio sudah duduk di sudut cafe tersebut, masih mengenakan seragam sekolahnya. Dan Keke, duduk menunggu Oik di sudut cafe lainnya yang agak berjauhan jarak dengan meja Rio namun masih tetap bisa mendengar percakapan Oik dan Rio dari sana.

Keke terbelalak kaget melihat Oik dan Rio yang mengobrol begitu akrabnya. Hatinya panas menlihat itu semua.

Dicondongkannya badannya agar dapat mendengar percakapan Oik dan Rio lebih jelas, tidak sama-samar seperti sekarang ini.

Dan betapa hancur hatinya ketika mendengar keseluruhan percakapan Oik dan Rio. Darahnya telah mendidih karena itu. Cakka yang mengawasi mereka bertiga dari jauh akhirnya menyunggingkan senyumnya melihat mereka.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar