Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

MY NEW 'FRIEND' (Part 19)

Pagi itu suasana ribut jelas terlihat dari masing-masing kamar mereka. Mereka bangun kesiangan! Ini udah jam 09.00 dan mereka baru aja bangun. Mau nyampek jam berapa di Jakarta?!

Mau tau kenapa mereka bisa bangun kesiangan?

***FLASHBACK:ON***

Di Kamar Oik, Angel, dan Via..

“Eh, gue boring” rengek Oik pada kedua sahabatnya yang sedang asyik menonton televisi.

“Apaan sih Ik?” tanya keduanya berbarengan, tanpa mengalihkan pandangan dari layar televisi yang sedang menampilkan aksi panggung Brandon malam itu *haha, udah masuk ke cerita loooh si Brandon :p*

“GU-E-BO-RING” tegas Oik.

“Ikutan nonton si Brandon aja, keren lho” ajak Via dengan semangat.

“Kagak mau! Ngapain kek ah gitu” kata Oik dengan menopang dagunya pertanda sedang bosan kuadrat.

“Eh, ada tempat karaoke ga di sini?” tanya Angel sambil menoleh ke arah Oik.

“Ada sih kayaknya, kenapa? Mau karaokean?” tanya Oik dengan mata berbinar.

‘Hihi, selesai juga kebosenan gue’ teriak Oik girang dalam hati.

“Boleh!” jawab Via dan Angel setengah berteriak.

“Eh, tapi tunggu si Brandon kelar perform dulu ya” tambah Via, ia kembali menengadahkan pandangannya ke televisi di depannya dan kembali serius menontonnya.

“Ya udah, lo SMS yang lain aja dulu. Tanya, mereka mau ato kagak” ujar Angel, ia pun kembali terfokus dengan penampilan Brandon di layar televisi.

‘Sial, gue dikacangin cuman gara-gara Brandon’ umpat Oik dalam hati.

Tak menunggu lama, Oik segera mengSMS teman-temannya dan mengajak mereka berkaraoke malam itu.

---

To : Cakkawekas, Deva Mr Kwak Kwak, Nova My ChairMate

Cuy, gue tunggu kalian di tempat karaoke ya! Cepetan dan ga pake lama! ;)

---

Selesai, Oik kembali meletakkan ponselnya dan ikut berdecak kagum melihat penampilan energic Brandon saat itu.

“Gimana? Mereka mau?” tanya Angel tak melepaskan pandangannya dari layar kaca.

“Mana gua tau, pokoknya gue bilang kalo gue tunggu mereka di tempat karaoke” jawab Oik sekenanya dengan wajah tanpa dosa.

“Bego! Itu namanya maksa!” ucap Via sambil menoyor pelan kepala Oik.

“Biar aja deh sih, gue boring sih” ujar Oik memberi alasan.

“Yah, Brandon kelar perform! Ah, ga asyik!” sungut Via dengan muka ditekuk.

“Nah, udah kan? Nyokk ke tempat karaoke” ajak Oik sambil menyeret kedua sahabatnya keluar kamar dan mengunci kamar tersebut.

Mereka bertiga berjalan bersamaan menuju tempat karaoke hotel tersebut.

Di Tempat Karaoke..

“Dari mana aje kalian?” tanya Nova dengan cuek.

“Nih anak dua nungguin Brandon kelar perform” jawab Oik sambil menunjuk Via dan Angel di sebelahnya.

“Peace!” kata Via dan Angel dengan cengiran lebar mereka.

“Ya udah, si Deva udah booking tempat tuh” kata Zevana menengahi.

“Kalo ceweknya Obiet bakat jadi peramal, ceweknya Alvin bakat jadi wasit” gumam Iyel ngawur.

“Ngomong apa lo barusan?” tanya Obiet dan Alvin, ga nyante sama sekali.

“Tenang! Just kid bro..” ujar Iyel sok merasa ga bersalah.

Ga kerasa, ternyata mereka karaokean sampek tengah malem dan mereka ga nyadar akan hal itu. Ga ngeliat jam lebih tepatnya.

“Eh, kok kayaknya udah malem sih?” tanya Via dengan wajah polosnya.

“Eh, iya ya.. Jam berapa nih?” tanya Angel pada yang lainnya.

Anak-anak cowok segera melihat jam tangan masing-masing dan berseru secara bersamaan, “Jam dua belas lebih dikit”

“Udah malem tuh, balik yuk” ajak Obiet pada teman-temannya.

“Iya nih, besok kan kita kudu bangun pagi” ujar Cakka sambil menguap.

“Besok mau pulang jam berapa?” tanya Oik sambil menoleh ke arah Mas El.

“Kalo bisa sih pagi-pagi gitu, kan takutnya ada macet” jawab Mas El dengan mata hampir terpejam.

“Malah ngobrol? Ayo balik!” teriak Debo.

***FLASHBACK:OFF***

Dari cuplikan tadi, udah jelas kan gimana keadaan sekarang? Sekarang udah siang dan mereka baru aja selesai mandi.

Mereka semua keluar dari kamar masing-masing secara bersamaan, tanpa disengaja. Dengan cepat, mereka menutup kembali pintu kamar, dan bergegas menuju resto hotel tersebut.

Sarapan kilat. Sarapan hanya dengan waktu lima menit.

Setelah sarapan, mereka kembali ke lobby hotel dan mengembalikan kunci kamar kepada mbak-mbak yang berdiri di belakang meja recepsionist dengan senyum tulusnya itu. Check out.

Dengan cepat mereka berlari menuju mobil dan memasukkinya dengan formasi persis seperti kemarin.

Setelah menempuh sekitar dua jam perjalanan, mereka akhirnya sampai di Jakarta. Mereka semua berkumpul di rumah Oik terlebih dahulu.

Di Rumah Oik..

“Ma, Oik pulang!” teriak Oik ketika ia baru saja memasukki ruang tamu rumahnya.

Ia segera melepas alas kakinya dan meletakkannya di tempat biasa. Teman-temannya masuk dan duduk di sofa ruang tamu Oik.

“Woo, capek gua” teriak Debo.

“Mentang-mentang rumah saudara, teriak-teriak seenak jidat ga papa ye” sindir Mas El.

“Kalo elo mau teriak ya teriak aja kali. Tapi jangan salagin gue kalo tetangga pada dateng gara-gara ngira ada maling di sini” ejek Debo sambil berlari menuju dapur.

“Resek lu!” sewot Mas El.

Selang beberapa menit, Debo kembali dengan sebuah nampan dan beberapa gelas di atasnya. Ia lalu meletakkannya di meja dan yang lainnya menggumamkan kata terima kasih.

“Oik ke mana tadi?” tanya Cakka sambil celingukan ke mana-mana.

“Lebay lo, baru juga ditinggal bentar” celetuk Obiet setelah meminum minuman yang diberikan oleh Debo tadi.

“Haha, orang kasmaran kan ya emang gitu” timpal Angel dengan tawa renyahnya.

“Kayak lo sama Angel kagak gitu aje” kata Alvin.

Jlebb!!

Alvin membuat Obiet dan Angel mati kutu. Semuanya menertawakan Obiet dan Angel ketika Oik baru saja kembali dari mengganti pakaiannya.

“Kenapa nih? Rame banget?” tanya Oik bingung.

“Noh, si Obiet sama Angel” jawab Iyel masih dengan tertawa.

“Udah deh ngeledekin guenya” ujar Obiet membela diri.

“Tau nih, seneng banget liat gue cemberut” esah Angel.

“Ik, dicari Cakka tuh tadi!” kata Nova dengan entengnya.

“Hah?!” Oik membelalak heran.

Cakka gelagapan sendiri gara-gara kecablakan Nova barusan. Nova sendiri sedang tersenyum penuh arti melihat Cakka gelagapan.

Siang itu mereka habiskan dengan tawa dan canda mereka.

***

Keesokan harinya..

Jam baru menunjukkan pukul 06.00 ketika terdengar suara klakson mobil yang dibunyikan berkali-kali dari dalam rumah Oik.

“Lho Ik, kamu dijemput Cakka?” tanya mamanya heran.

“Iya ma, kenapa?” tanya Oik balik.

“Katanya udah putus, gimana sih?” mamanya mulai jengkel.

“Udah balikkan kok..” jawab Oik santai.

“Terus Rio?” mamanya kembali bertanya.

“Ke laut” ujar Oik dengan cueknya.

Tin tin tin..

“Udah ya ma, Oik berangkat. Cakka udah nungguin tuh. Bye” pamit Oik.

Oik segera keluar dari rumah, membuka pintu pagar, menutupnya kembali, dan memasukki mobil Cakka.

“Kok pagi banget sih berangkatnya?” tanya Oik heran.

“Kita kan kudu nyiapin rencananya..” jawab Iyel dari balik kemudi.

“Oh.. Lah? Kok lo yang nyetir?” kaget Oik.

“Ga papa, gue pengen aja” ujar Iyel dengan cengiran lebarnya.

“Terus? Maunya gimana?” tanya Via, kembali ke topik awal.

“Ya kayak yang kemaren kita omongin..” kata Cakka.

“Eh iya Cak, aku bilang ke mama kalo kita balikan. Jadinya kalo kamu mau ke rumah ya ga papa” ucap Oik.

“Ehemm..” Via dan Iyel berdehem kecil.

“Ngapain lo?” tanya Cakka sewot.

“Nothing, kesedak rodanya kereta” jawab Iyel cuek.

Mobil kembali melaju dengan cepatnya menuju SMPN 484 Jakarta.

***

Di Parkiran SMPN 484..

“Oke, peranin bagian kalian masing-masing ya” pesan Via sebelum mereka semua turun dari mobil.

Setelah turun dari mobil, mereka menuju kelas 9C terlebih dahulu untuk mengantarkan Via meletakkan tasnya. Mereka berlanjut melangkahkan kaki menuju kelas 9E yang sepertinya sudah ramai.

Cakka, Oik, Iyel, dan Via tersenyum licik melihat Shilla yang duduk terdiam di tempatnya.

“Sip! Step one, Via sama Iyel mesra-mesraan di depan Shilla. Gua sama Oik juga” kata Cakka sok serius.

“Yang kedua ga ada di skenario tuh!” sorak Via dan Iyel.

Mereka berempat memasukki 9E. Oik meletakkan tasnya di bangku depan meja guru, Cakka di bangku belakang Oik, dan Iyel di bangku paling pojok bersama Obiet.

Iyel dan Via menghampiri Shilla yang masih terdiam di bangkunya.

“Umm.. Kita boleh ganggu ga?” tanya Via memecah keheningan di antara mereka bertiga.

Shilla memandang mereka malas dan dengan terpaksa menganggukkan kepalanya.

Via dan Iyel segera duduk di bangku depan bangku Shilla, saling pandang sebentar, dan memulai kembali perbincangan dingin di antara mereka.

“Sorry ya..” kata Via dan Iyel bersamaan.

“Sorry buat apaan?” tanya Shilla pura-pura tak mengerti dengan nada tak bersahabat pula.

“Sorry soalnya waktu itu gue deketin lo dan sempet ngasih harepan ke lo” lanjut Iyel dengan wajah sangat merasa bersalah.

“Oh, yakin? Bukannya itu emang rencana kalian?” tanya Shilla malas.

“Ga kok, waktu itu gue sama Iyel lagi tengkar” kata Via dengan kepala tertunduk.

Di sudut kelas, Cakka dan Oik mengawasi perbincangan mereka dengan waspada.

“Maafin gue ya..” pinta Iyel memelas.

“Iya” ujar Shilla yang akhirnya luluh dengan tatapan lembut Iyel.

“Oke, kita duluan ya” pamit Via dengan senyumnya.

Shilla kembali mengangguk dan membiarkan Via berlalu bersama Iyel.

***

“Gimana?” tanya Cakka dan Oik antusias.

“Step pertama berhasil. Shilla luluh sama gue” ujar Iyel bangga.

“Woo, PD tuh kamu!” cibir Via.

“Udah, berarti ntar istirahat kedua kalian bisa jalanin step selanjutnya” gumam Oik.

“Dan kamu bisa mulai ngelancarin misi kamu tentang Rio” timpal Cakka.

Mereka semua tersenyum penuh arti dan dihentikan oleh bel tanda pembelajaran akan segera dimulai sesaat lagi.

Via kembali ke kelas 9C. Cakka, Oik, dan Iyel kembali ke kelas 9E dan duduk di tempat masing-masing.

***

Di tengah-tengah pelajaran Pak Dave, ponsel Oik bergetar. Sekilas ia lihat layar ponselnya yang menampilkan sebuah pemberitahuan, satu SMS baru dari Mario Stevano.

“Cak, Rio SMS nih” bisik Oik pada Cakka yang duduk di belakangnya.

“Ya udah, bales aja. Tapi jangan bikin dia curiga ya” pesan Cakka.

---

From : Mario Stevano

Kok kamu ngomong aku jahat sih?

---

To : Mario Stevano

Maaf, aku salah kirim..

---

From : Mario Stevano

Oh, baguslah. Aku kira ada apaan.

---

To : Mario Stevano

Ga ada apa-apa kok..

---

From : Mario Stevano

Ya udah.. Ntar ketemuan yuk?

---

‘Mampus! Ngapain nih orang ngajak ketemuan?!’ teriak Oik dalam hati.

“Kenapa Ik?” tanya Cakka yang melihat gelagat aneh Oik.

“Rio ngajak aku ketemuan.. Gimana nih?” kata Oik dengan malas.

“Ya udah.. Ntar aku ikut sama kamu aja” saran Cakka.

“Rencananya gimana?” tanya Oik.

“Bisa diatur..” ujar Cakka dengan tersenyum penuh arti.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar