Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

MY NEW 'FRIEND' (Part 13)


Mobil Cakka dan Iyel baru saja berhenti di depan rumah Via. Via segera turun dari mobilnya dan melambai kecil pada Iyel yang membuka sedikit kaca mobilnya.

Mobil itupun kembali melaju menuju rumah Cakka dan Iyel serta meninggalkan Via yang berjalan masuk ke rumahnya dengan sejuta pertanyaannya tentang Oik dan Rio.

‘Oik maunya apa sih? Udah bagus dia ama Cakka. Ini kenapa si Rio pake dateng segala ke kehidupannya Oik sama Cakka? Mendadak pula! Gue yakin ini ada apa-apanya’ batin Via, ia benar-benar tak habis pikir dengan semuanya. Dengan Oik, Cakka, dan Rio tentunya.

***

Mobil berhenti dan Iyel segera membangunkan Cakka yang masih terlelap di dalam mobil.

“Cak, bangun woy! Udah nyampek nih!” kata Iyel sambil menggoyang-goyangkan tubuh Cakka yang masih terlelap.

“Hmm..” Cakka bergumam tak jelas.

“Oh, lo mau tidur di sini? Oke, gue keluar. Bye!” ancam Iyel.

“Jangan!” Cakka berteriak dari dalam mobil.

Ia segera bangun dan keluar dari mobil, menyusul Iyel yang sudah terlebih dahulu keluar dari mobil.

“Cak, lo istirahat aja dulu. Ntar rada sorean baru gue bangunin lo, terus siap-siap. Kita langsung ke rumah Oik” pesan Iyel pada Cakka yang sedang melangkahkan kakinya menuju kamar.

“Iya..” sahut Cakka dengan tidak bersemangat sama sekali.

Cakka segera memasukki kamarnya, menutup pintu kamarnya dengan kasar dan langsung merebahkan tubuhnya di kasur dengan kasar pula.

“Hhh.. Si Cakka gila ye, maen banting pintu aje!” gumam Iyel dari luar kamar Cakka.

***

Oik baru saja datang dan segera memasukki rumahnya dengan bersenandung kecil.

“Udah pulang?” tanya mamanya.

“Udah ma..” jawab Oik santai.

“Oh, Cakkanya mana?” tanya mama Oik lagi.

‘Mama kok nanyain Cakka mulu sih?!’ dumel Oik dalam hati.

“Ga enak badan. Langsung pulang deh, ga sempet mampir” Oik langsung ngeloyor ke kamarnya sebelum ditanya macem-macem sama mamanya.

***

Baru saja mobil Cakka dan Iyel sampai di depan rumah Oik, mereka sudah melihat motor Rio terparkir rapi di halaman rumah Oik.

“Gila Cak! Niat banget ye die?” ujar Iyel saat melihat motor Rio.

“Hemm..” respon Cakka, masih tetap tak bersemangat.

Tiba-tiba.. TOK TOK TOK!

Cakka dan Iyel langsung menoleh ke sumber suara dan melihat Via di luar.

“Masuk Vi..” suruh Iyel.

Via langsung masuk ke dalam mobil dan duduk di samping Iyel.

“Hhh..” terlihat jelas kalo Via sedang berusaha mengatur napasnya.

“Atur dulu napasnya..” kata Iyel lembut.

“Ngapain lo ikut ke sini?” tanya Cakka dengan datar dan tanpa mengalihkan pandangannya dari rumah Oik sedikitpun.

“Gue ngerasa aneh aja Cak” jawab Via.

“Aneh gimana Vi?” kali ini Iyel yang menyahut.

“Gimana ga aneh coba. Tau-tau Rio dateng gitu aja ke hidupnya si Oik” Via jadi dongkol sendiri.

“Iya juga sih..” Cakka mengalihkan pandangannya ke Iyel dan Via.

“Ya kita liat aja dulu ntaran gimana, baru kita kasih tau Oik kalo udah ada buktinya” saran Iyel.

***

Tok tok..

Perlahan Rio mengetik pintu rumah Oik dan disambut dengan hangat oleh mamanya.

“Cari siapa ya?” tanya mama Oik ramah.

“Oiknya ada tante?” tanya Rio dengan senyum mautnya.

“Ada kok, masuk aja dulu..” kata mama Oik sambil membukakan lebar-lebar kedua pintu rumahnya untuk Rio.

“Iya tante..” jawab Rio.

Riopun segera masuk ke dalam rumah Oik dan duduk di ruang tamu, sedangkan mama Oik langsung menghampiri Oik di kamarnya.

“Ik, ada temen kamu tuh..” kata mamanya di ambang pintu kamar Oik.

“Eh? Rio ya ma?” tanya Oik sambil tetap merapikan dandanannya.

“Ga tau, iya mungkin” mamanya langsung beranjak menuju ruang tamu.

Tak lama kemudian, Oik juga menyusul mamanya menuju ruang tamu dan melihat Rio dan mamanya sedang mengobrol akrab. Terlukis senyum tipis di bibir Oik ketika ia melihatnya.

“Ehemm..” Oik berdehem kecil di belakang mamanya.

“Eh, Oik..” sapa Rio dengan senyum mengembang.

“Kalian mau jalan ya?” tanya mama Oik.

“Iya” jawab Oik dan Rio bersamaan.

“Kok ga sama Cakka, Ik?” tanya mamanya lagi.

“Oik udah putus ama Cakka” kata Oik datar.

Ia segera menarik Rio keluar dari rumahnya sebelum mamanya menanyainya yang macam-macam menyangkut Cakka.

“Eh, ngapain pake tarik-tarik?” tanya Rio setelah mereka sudah di luar rumah Oik.

“Ntar nyokap gua kebanyakan nanya dan kita batal jalan..” dusta Oik.

“Terus, lo jadian sama Cakka?” selidik Rio.

“Ga kok! Bo’ong tuh!” jawab Oik cepat.

‘Eh? Kok gue ngomong gitu sih?’ tanya Oik dalam hati.

“Udah cepetan naik!” suruh Rio.

Oikpun segera naik ke boncengan motor Rio dan motor tersebut melaju kencang menyusuri jalanan Jakarta yang masih basah karena hujan tadi sore.

Mobil Cakkapun juga segera melaju dan mengikuti motor Oik dan Rio dari belakang.

***

Cakka, Iyel, dan Via terus menatap motor Rio yang melaju kencang di depan mobil mereka dengan tatapan waspada.

“Pak, jangan kenceng-kenceng ya! Takutnya ketauan kalo kita ngikutin mereka” saran Via kepada sopir Iyel dan Cakka.

Sopir itu hanya mengangguk dan selanjutnya ia agak menjaga jarak dengan motor Rio.

Mereka terus saja mengikuti ke mana motor Rio melaju, hingga akhirnya motor Rio berbelok ke suatu pusat perbelanjaan di Jakarta.

Cakka, Iyel, dan Via segera turun dari mobilnya di dekat entrance gate mall tersebut dan menyuruh sopirnya untuk memarkir mobil dan menunggu di sana.

Mereka terus menguntit Oik dan Rio dari belakang dengan hati-hati.

Pertama, mereka berdua berjalan memasukki salah satu pusat permainan di mall tersebut dengan tetap bercanda dan sesekali muncul senyum di wajah manis Oik.

Mereka berdua keluar dari pusat permainan tersebut dengan membawa satu buah teddy bear besar di tangan Rio. Rio langsung memberikannya kepada Oik dan tersenyum senang menerimanya.

Dari kejauhan Cakka melihat semua adegan itu dan menghela napas berat. Mukanya memerah menahan luapan emosinya.

“Sabar Cak, kita bakalan terus ikutin mereka kok” kata Iyel sambil menepuk pelan bahu Cakka.

Via tersenyum pahit melihat itu semua. Ia benar-benar tak habis pikir dengan semua yang dilakukan Oik saat itu.

‘Gila si Oik! Dia ga mikir apa kalo Cakka bakalan sakit ngeliat dia sama Rio kayak gitu?!’ teriak Via dalam hati.

‘Gue emang bukan siapa-siapanya Oik.. Gue ga boleh marah sama dia cuman gara-gara ginian doang’ kata Cakka dalm hati, mata sendunya terus menatap ke manapun Oik dan Rio berjalan.

“Eh, mereka jalan lagi tuh. Ikutin yuk!” kata Iyel sambil menepuk bahu Cakka dan Iyel bersamaan.

Oik dan Rio terus berjalan tanpa mengetahui bahwa mereka masih diikuti oleh ketiga teman Oik.

Mereka berdua ternyata masuk ke salah satu restaurant jepang di sana. Mereka duduk di salah satu sudut restaurant yang lumayan sepi.

Cakka, Iyel, dan Via juga masuk ke restaurant tersebut dan duduk di salah satu meja yang lumayan jauh dengan meja Oik dan Rio tetapi tetap masih bisa mendengar percakapan mereka berdua.

Oik dan Rio memesan makanan dan selanjutnya mereka ngobrol dengan akrab. Sedangkan Cakka, Iyel, dan Via tetap mengawasi mereka dan mendengarkan percakapan mereka tanpa terlawatkan sedikitpun.

“Cak, Yel..” Via membuka pembicaraan.

“Apa?” sahut keduanya bersamaan.

“Tadi gue sempet tanya-tanya gitu sama temen-temen gue yang satu sekolah sama Rio. Katanya Rio masih akrab kok sama temen-temen SD-nya yang masuk Cambridge High School situ. Dan semua temen SD-nya itu kenal sama Oik dan juga punya nomer HP Oik. Tapi kenapa Rio baru ngehubungin Oik kemaren? Kok ga dari dulu coba?” ungkap Via panjang lebar.

“Emang kenapa?” tanya Cakka yang masih ga ngerti.

“Ya kenapa Rio baru ngehubungin Oik sekarang? Kenapa ga dari dulu aja?” sahut Via.

“Iya juga sih..” gumam Iyel.

***

Keesokan harinya..

Oik sudah menunggu Cakka, Iyel, dan Via sejak lima menit yang lalu di teras rumhanya.

“Mereka ke mana sih? Kok lama banget gini?!” dumel Oik.

Oik kembali duduk di kursinya dan menunggu mereka bertiga.

Sudah lima belas menit Oik menunggu mereka, tapi mereka tak datang juga.

“Gue telpon Via aja kali yaa..” gumam Oik.

***ONTHEPHONE:OIK-VIA***

O         : “Vi, lo di mana sih?”

V          : “Di rumah sakit”

O         : “Eh? Ngapain lo ke sana?”

V          : “Nemenin Iyel dong”

O         : “Emang Iyel kenapa?”

V          : “Bukan Iyel yang kenapa-napa. Tapi Cakka!”

O         : “Hah? Emang dia kenapa?”

V          : “Dia demam, panas banget badannya”

O         : “Kok bisa sih? Lo di rumah sakit mana sekarang?”

V          : “RS Cempaka Putih. Lo ga usah ke sini deh kalo cuman mau bikin Cakka makin sakit!”

O         : “Maksud lo? Gue ke sana sekarang!”

***ONTHEPHONE:END***

“Via kenapa sih? Aneh banget dia!” kata Oik.

Ia segera masuk ke dalam rumahnya dan berlari menuju kamarnya. Dengan cepat ia mengganti seragamnya dengan T-Shirt dan jeans selutut. Tak lupa ia membawa tas mininya, dompet, dan ponselnya.

Ia kembali keluar kamar dan menghampiri mamanya yang sedang menontn TV di kamarnya.

“Ma, anterin Oik ke RS Cempaka Putih dong” pinta Oik dengan muka memelas.

“Terus? Kamu ga sekolah?” selidik mamanya.

“Iya. Sekali ini aja deh ma. Janji!” Oik mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya secara bersamaan.

“Iya deh..” mamanya segera mengambil kunci mobil dan keluar rumah bersama Oik menuju garasi.

***

Di Mobil..

“Emang siapa yang sakit?” tanya mamanya sambil menyetir.

“Cakka..” jawab Oik dengan nada khawatir.

Mamanya memandang putri semata wayangnya itu sebentar dan kembali memandang jalanan di depannya.

“Bukannya kamu udah putus sama dia?” tanya mamanya lagi.

“Terus? Emang kenapa?” tanya Oik balik.

“Ga papa sih. Kamu udah bilang temen sekelas kamu kalo kamu ga masuk?”

“Iya. Oik SMS aja deh” sahut Oik.

Ia segera mengeluarkan ponselnya dari tas mininya dan mengetik sebuah pesan singkat untuk beberapa teman sekelasnya.

---

To : Nova My ChairMate, Obiet Lagi_Lagi, Deva Mr Kwak Kwak, Alvin Zevana’s

Eh, hari ini gue, Iyel, sama Cakka ga masuk ya. Cakka lagi opname di RS soalnya. Kalo kalian mau, ntar pulang sekolah kalian bisa jenguk dia di RS Cempaka Putih.

---

***

Di RS Cempaka Putih..

Setelah menyuruh mamanya agar kembali ke rumah dan bertanya ruang rawat Cakka pada salah satu suster di sana, Oik segera ke kamar rawat Cakka dengan berlari.

Ckreetttt.. Oik membuka pintu ruang rawat Cakka dengan pelan.

Iyel dan Via yang terduduk lesu di sofa dekat ranjang Cakka segera menoleh ke pintu dan mendapati Oik sedang berdiri di sana dengan wajah khawatir.

Oik segera masuk, menutup kembali pintunya, dan berjalan ke arah Iyel dan Via dengan tetap memasang wajah khawatir yang memang tidak dibuat-buat.

“Gimana Cakka?” tanya Oik kepada Iyel dan Via.

“Ngapain lo ke sini?” tanya Via dengan nada yang sangat tak bersahabat.

“Udah Vi..” kata Iyel sambil mengusap-usap punggung Via.

“Cakka kok bisa jadi gini?” tanya Oik lagi sambil menatap Cakka yang tertidur di ranjangnya.

“TALK TO MY HAND!!” bentak Via yang sudah tak bisa menahan emosinya lagi.

Cakka menggeliat sebentar dan akhirnya terbangun gara-gara suara Via tadi.

“Cakka cuman terlalu capek kok..” jawab Iyel menenangkan Oik.

“Oh..” respon Oik.

“Oik?” panggil Cakka.

Oik segera menghampirinya dan duduk di kursi sebelah ranjang Cakka sambil memegang erat tangannya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar