Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

SUPERGIRLS part 1 (Nova's Story)








                Gadis itu, Nova, baru saja keluar dari kamarnya. Ia segera menghampiri kedua orang tuanya dan adik laki-lakinya di meja makan sembari menggendong tas PolloHunter berwarna cokelat kulit yang nampak sangat boyish.

                Seperti hari-hari biasanya, mamanya hanya menggelengkan kepalanya ketika melihat dandanan gadis itu. Kemeja seragam yang kusut di beberapa bagiannya, rambut yang tidak tersisir rapi, dan kaca mata minus yang bertengger sembarangan di wajahnya.

                Wanita paruh baya itu menghela napas jengah, “Nova, bukannya mama sudah bilang kalau kamu bisa minta tolong pada mama untuk menyetrika kemeja seragammu?”

                Nova hanya tersenyum samar, “Mama, kan, tahu kalau Nova lebih suka seperti ini..”

                “Iya, mama tahu. Tapi, kan, kalau kamu bisa terlihat lebih rapi lagi, kenapa tidak?” ucap mamanya lagi, tak pernah bosan dengan perdebatan pagi ala keduanya.

                “Ga usah, ma..” lagi-lagi Nova menggelengkan kepalanya kalem.

                Selesai. Memang hanya sampai disitu saja perdebatan pagi itu, juga pagi-pagi sebelumnya. Wanita paruh baya itu akan berhenti jika anak gadisnya telah bersikap pasrah seperti tadi.

                Sarapan pagi itu kembali berjalan. Nova segera menghabiskan nasi goreng buatan mamanya. Selang beberapa menit, makanan di piringnya sudah habis tak bersisa. Begitupula dengan nasi goreng di piring mama, papa, dan adik laki-lakinya.

                “Berangkat sekarang, kak?” tanya papanya, Nova mengangguk.

                Keduanya segera bangkit dari kursinya masing-masing. Nova menghampiri mamanya dan mencium punggung tangan wanita paruh baya tersebut. Setelahnya, ia menyusul papanya yang sudah berada di teras bersama sepeda motornya.

                Adiknya tidak sekolah? Bukan. Hanya saja, anak laki-laki mungil itu masuk siang. Sekolahnya yang menerapkan sistem masuk siang tersebut. Satu lagi, Nova biasa dipanggil ‘Kak’ dan adiknya dipanggil ‘Dik’ oleh kedua orang tua mereka.

                Nova pun naik ke boncengan motor papanya dan keduanya pun melesat menuju sekolah Nova, SMP Mariskova..

^^^

                Bel pertanda waktu istirahat akan dimulai baru saja berdering. Oik, yang notabene adalah teman sebangku Nova, langsung mengajak gadis itu untuk buru-buru ke kantin. Anggota SUPERGIRLS yang lainnya juga sudah siap menuju kantin. Mereka bersepuluh pun berjalan bergerumbul menuju kantin.

                Hanya tersisa satu meja saja di kantin. Cukup untuk berduabelas, rupanya. Tepat ketika kesepuluhnya mendudukki kursi di meja tersebut, dua orang siswi SMP Mariskova juga berangsur mendudukki dua kursi yang tersisa.

                Rahmi dan Gita. Siswi kelas delapan SMP Mariskova. Kakak kelas mereka, yang lumayan akrab dengan mereka. Keduabelasnya tertawa nyaring ketika menyadari ketidaksengajaan tersebut.

                SMP Mariskova menerapkan sistem cathering. Jadi, seluruh siswa-siswi tinggal duduk melingkar di kursi masing-masing, dan kemudian, datanglah dua orang wanita. Seorang yang membawa meja dorong beroda yang mengangkut makanan dan minuman untuk mereka semua. Dan seorang lagi yang meletakkan makanan dan minuman tersebut di meja-meja yang telah terisi.

                “Jadi, gimana soal agenda kita week end ini?” tanya Gita, memulai perbincangan di antara mereka.

                Tepat saat Gita selesai bertanya, makanan dan minuman telah terhidang di meja mereka. Menu mereka hari ini adalah Spageti Bolognaise, jus jeruk, dan pastel tutup sebagai dessert. Mereka semua mengucapkan terima kasih kepada kedua wanita tersebut dan kembali larut dalam pembicaraan tentang rencana mereka.

                Hunting foto lagi aja gimana?” tanya Shilla, sembari menatap kesebelas gadis lainnya.

                “Oh iya, aku ada tempat keren buat hunting foto. Ya itu pun kalau kalian mau week end ini kita hunting foto lagi,” gumam Keke, setelah menyeruput sedikit jus jeruknya.

                Rahmi melirik kesepuluh adik kelasnya itu sembari tersenyum, “Ya udah.. Hunting foto aja, ya?”

                Yang lainnya mengangguk semangat. Hanya Nova yang telah sibuk dengan makanannya. Ify kemudian menatapnya jengah. Selalu saja.

                “Nov, kamu ikut kita hunting foto, kan?” tanya Ify, lebih tepatnya memaksa.

                Nova meletakkan sendok dan garpunya perlahan, “Iya, deh. Sebenernya, sih, aku bosen sama kegiatan week end kita yang itu-itu aja. Kenapa ga bikin kegiatan yang belum pernah kita lakuin sebelumnya?”

                “Seperti?”

                Nova menghela napas sejenak, “Mba’ Gita, kita belum pernah nyoba donor darah bareng, kan? Berarti, kapan-kapan, kita bisa ngisi week end kita sama donor darah. Itung-itung amal, lah. Ga rugi juga, kan?”

                Sivia tersenyum menanggapinya, “Boleh.. Week end lainnya aja, ya? Kan, week end ini kita udah punya rencana buat hunting foto,”

                Nova mengangguk sekilas, dan kemudian, kembali berkutat dengan makanannya. Kesebelas gadis lainnya pun mengikuti apa yang ia lakukan, berkutat dengan makanannya masing-masing hingga bel kembali berdering, menandakan waktu istirahat telah usai.

                “Jangan lupa, ya.. Besok kumpul di rumah aku dulu,” ujar Rahmi, yang lainnya tersenyum mengiyakan.

                “Zahra juga! Jangan lupa bawa camera lomo punyamu yang efeknya bagus-bagus, ya!” seru Gita seraya tersenyum lebar.

^^^

                Hari Sabtu telah tiba. Ify, Angel, Aren, Shilla, Keke, Acha, Oik, Sivia, Zahra, dan Gita sudah berkumpul di kediaman Rahmi semenjak beberapa menit yang lalu. Kesebelasnya sedang berada di ruang keluarga rumah Rahmi, membicarakan soal Nova.

                “Nova, kok, tumben telat..” gumam Angel, ia melirik Ripcurl berwarna putih gading yang bertengger indah di pergelangan tangan kirinya.

                Rahmi meliriknya sekilas, “Macet mungkin, Ngel. Malang, kan, udah mulai kaya’ Jakarta sama Surabaya yang selalu macet,”

                “Tapi tumben banget ini, mba’. Nova itu ga pernah telat. Apa lagi, kan, dia pakai motor kalau ke mana-mana. Tahu sendiri, lah, kalau papanya itu jarang banget mau pakai mobil,” serobot Aren.
               
                Hening. Tiba-tiba saja terdengar ketukan pintu dari ruang tamu. Rahmi, yang baru saja berdiri dan akan membukakan pintu, segera duduk kembali ketika adiknya mencegahnya. Adik dari Rahmi? Tentu saja Lintar. Siapa lagi? Lintar juga bersekolah di SMP Mariskova. Satu angkatan dengan anggota SUPERGIRLS.
               
                “Aku aja, mba’..” katanya.

                Lintar berlalu begitu saja.

^^^

                Lintar baru saja membuka pintu rumahnya. Ia mendapati Nova, yang merupakan teman sekelasnya, sedang dalam keadaan berantakan. Peluh bercucuran dari dahinya. Lintar segera saja memupuskan senyum lebarnya.

                “Aku kira Alvin yang dateng,” gumamnya, mendadak salah tingkah.

                “Mba’ Rahmi sama anak-anak SUPERGIRLS ada di dalem, kan?” tanya Nova, tak menggubris gumaman Lintar sebelumnya.

                “Iya, masuk aja..”

                Nova pun masuk. Lintar kembali menutup pintu rumahnya dan berjalan di belakang Nova. Rupanya ia masih salah tingkah karenanya. Tepat saat Nova menengok ke arahnya, ia segera berjalan mendahului gadis itu dan masuk ke dalam kamarnya.

                “Nova!” panggil Rahmi, dari ruang keluarga.

                Nova tersenyum sekilas dan menghampiri kesebelas orang yang dicarinya itu. Ia menghempaskan tubuhnya di samping tubuh mungil Acha. Acha mengedik padanya dan mengerutkan keningnya, kaget.

                “Nov, naik apa tadi ke sini?” tanyanya.

                “Jalan kaki,” jawabnya, santai.

                “APA? Jalan kaki? Yang bener aja, Nova.. Kasihan itu kaki kamu. Rumahmu sama rumahnya Mba’ Rahmi, kan, jauh!” Zahra mendelik kaget.

                Nova tertawa kecil dan mengibas-kibaskan tangannya, “Ga apa-apa, lah. Itung-itung olah raga aja..”

                Rahmi, sang tuan rumah, masih memandang geli ke arah pintu kamar adiknya yang telah tertutup rapat. Ia mengangguk-anggukkan kepalanya dan tersenyum jahil. Ia segera mengalihkan pandangannya menuju Nova.

                “Lintar tadi kenapa, Nov?” tanyanya.

                Ify menepuk pundak Rahmi pelan, “Mba’ Rahmi gimana, sih? Bukannya nanya gimana Nova sekarang, eh malah nanyain soal Lintar,”

                “Bukannya gitu, Fy. Kan, tadi kalian udah nanya-nanya gitu ke Nova. Masa’, ya, aku nanya kaya’ gitu lagi?”

                “Lintar? Emangnya dia kenapa, mba’?” tanya Nova balik.

                Rahmi hanya menggelengkan kepalanya dan kembali tersenyum jahil, “Ga, sih. Cuman, kok, dia kaya’ salting gitu?”

                “Cieeeeeeeeeeee, Nova!” anggota SUPERGIRLS yang lainnya beserta Gita kompak menggoda Nova.

                “Udah, ah! Jadi hunting foto ga, nih? Aku pulang, deh, kalau kalian masih ngegodain aku gitu..” Nova memanyunkan bibirnya.

                “Ya udah, yuk..”

                Kesebelasnya pun segera naik ke dalam mobil. Ify, Sivia, Oik, Zahra, Angel, dan Acha menaikki mobil Oik. Sedangkan sisanya, menaikki mobil Keke. Kedua mobil tersebut telah dilengkapi dengan supir dari masing-masing pemiliknya.

^^^

                Keduabelasnya baru saja sampai di perkebunan teh di daerah Wonosalam. Kebetulan, Keke menyewa perkebunan teh tersebut untuk acara hunting foto mereka kali ini. Dan, kebetulan lagi, perkebunan teh tersebut adalah milik tetangganya.

                “Keren, Ke!” gumam Aren, yang baru saja turun dari mobil milik Keke.

                Kini keduabelasnya sedang berada di pintu masuk perkebunan teh tersebut. Keke berjalan di paling depan. Ia berbincang-bincang sebentar dengan penjaga perkebunan tersebut. Setelahnya, mereka semua telah berada di tengah-tengah hamparan tanaman teh yang menghijau.

                “Zahra, camera!” seru Shilla, bersemangat.

                Zahra tersenyum kepadanya. Ia segera membuka tasnya dan mengobrak-abriknya. Kali ini, ia membawa banyak camera. Mulai dari camera pocket, SLR, hingga camera-camera lomo yang pemakaiannya secara manual.

                “Mau pakai camera yang mana?” tanya Zahra.

                Acha berjalan mendekatinya. Kemudian, ia ikut-ikut mengobrak-abrik tas milik Zahra tersebut.

                Camera yang fotonya langsung jadi itu. Namanya apa, ya? Kamu bawa ga?” tanya Acha.

                “Bawa. Itu Fuji Instax namanya,”

                Zahra segera mengeluarkan camera yang ia maksud. Jepret sana-sini. Yang lainnya berpose, ia yang memotret. Sesekali, ia juga ikut berfoto. Kali ini, mereka akan berfoto close up. Satu orang saja dalam satu foto.

                Dimulai dari Rahmi, Gita, Ify, Angel, dan seterusnya. Hingga yang terakhir, Nova.

                “Nov, di yang agak puncak aja. Bagus, tuh,” saran Sivia.

                Nova segera naik menuju pijakan tanah yang lebih tinggi dari yang sebelumnya. Sampai. Ia segera berpose sangat biasa. Tersenyum sambil memiringkan sedikit kepalanya. Zahra, yang memang selalu menjadi fotografer saat mereka hunting foto, berdecak malas.

                “Yang lebih heboh, dong, Nov!” teriaknya, dari bawah.

                “Malu, ah!” balas Nova.

                “Ga ada yang lihat, kok!”

                “Tetep aja, Ren! Kalian, kan, lihat!”

                “Ya udah. Pose biasa aja. Pokoknya jangan gitu doang,” teriak Oik, gemas.

                Nova mengangguk pasrah. Ia segera menyilangkan kedua tangannya di depan dada dan tersenyum lebar kepada camera yang dipegang oleh Zahra. Satu kali jepret. Baru saja Zahra akan menyuruh Nova untuk kembali turun, Rahmi sudah membisikkannya sesuatu.

                Cklik! Satu kali jepret lagi. Cepat-cepat hasil fotonya disimpan oleh Rahmi di tas Esprit miliknya.

                “Udah, turun lagi aja,” teriak Zahra.

                Nova mengangguk riang. Dengan senang hati, ia kembali menghampiri kesebelasnya di pijakan tanah yang lebih rendah.

                Mereka semua segera keluar dari perkubunan teh tersebut dan duduk-duduk di rerumputan hijau yang terhampar di luar perkebunan. Zahra meletakkan seluruh hasil foto mereka di rerumputan dan memandanginya seraya tersenyum puas.

                “Gimana hasilnya? Bagus-bagus?” tanya Sivia.

                Zahra mengangguk bersemangat, “Keren-keren! Kebetulan, nih, sinar yang ada pada pas semua. Jadi, ya, kelihatan keren..” gumamnya.

                Ketika mereka semua sedang asyik memandangi hasil jepretan hari itu,  dua buah andong lewat dan berhasil menarik perhatian mereka.

                “Mau naik andong ga?” Gita menawarkan pada yang lainnya, dan mereka semua mengangguk.

                Jadilah, mereka naik ke kedua andong tersebut. Formasinya seperti ketika mereka berada di mobil tadi. Zahra membekali Ify, Angel, dan Aren masing-masing sebuah camera lomo yang pemakaiannya secara manual. Mereka-mereka ini memang anggota klub fotografi di SMP Mariskova.

                “Pakai aja. Foto apapun yang menurut kalian bagus. Ntar aku cetak di rumah. Jangan lupa, camera yang kalian pegang itu camera manual,” pesan Zahra, ketika ia menyerahi ketiga sahabatnya camera.

                Dalam perjalanan menaikki andong pun, Nova terlihat paling diam. Kedua matanya menerawang nun jauh entah ke mana. Rahmi, yang memang jahil, segera saja mengagetkannya.

                “Hayo! Nova mikirin siapa? Kok ngelamun aja? Lintar, ya?” tanyanya beruntun.

                Nova tersenyum kecil dan segera menundukan kepalanya. Rahmi sempat melihat semburat-semburat berwarna merah muda yang muncul di pipi gadis itu. Ia hanya terkikik pelan dan berhenti setelah Nova memandangnya dengan wajah cemberut.

                “Mba’ Rahmi apa, sih?” tanya Nova, jengkel.

                Rahmi menggelengkan kepalanya, “Ga kenapa-kenapa, kok..”

                “Ya udah, ga usah ketawa-ketawa gitu!”

                “Siapa yang ketawa? Kamu GR, ih!”

                “Terus itu tadi apa namanya kalau bukan ketawa, mba’?”

                “Cuman suka aja ngegodain kamu soal Lintar, hehe,” Rahmi tersenyum lebar diakhir kalimatnya.

                Nova semakin cemberut saja. Ia lantas mengalihkan pandangannya pada hamparan tanaman teh yang ada di samping kirinya. Berusaha tak memperdulikan senyuman jahil dari Rahmi dan mengenyahkan wajah adik Rahmi yang sedang salah tingkah di depannya pagi tadi.

^^^

                Tepat pukul lima sore. Rahmi segera masuk ke dalam rumahnya dan menuju kamar Lintar. Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, lebih tepatnya.

                Lintar, yang sedang terduduk di meja belajarnya, langsung menengok kaget ketika pintu kamarnya tiba-tiba saja terbuka. Cepat-cepat ia masukkan ‘benda’ tersebut ke dalam laci meja belajarnya.

                “Mba’ Rahmi ngapain, sih? Masuk ke kamar aku ga pakai ketuk dulu, pula!” amuknya.

                Rahmi hanya tertawa lepas, “Itu tadi apa, sih, yang kamu masukkin ke dalem laci? Lihat, dong..”

                “Bukan apa-apa!”

                Lintar segera menghalangi kakaknya itu yang sedang berusaha membuka laci meja belajar miliknya. Bisa gawat kalau kakaknya tahu apa yang ia simpan di dalam sana. Rahmi pun menyerah. Ia segera duduk di bibir kasur adiknya.

                “Mba’ punya oleh-oleh, nih, buat kamu,”

                “Oleh-oleh apa?”

                Rahmi pun mengeluarkan sesuatu dari tasnya dan meletakkannya di meja belajar Lintar. Cepat-cepat ia melesat keluar dari kamar Lintar.

                Lintar pun segera melihat benda apa yang kakaknya letakkan tadi. Sebuah foto... Nova. Lintar tersenyum lebar.

                “Makasih, kak!” gumamnya, ketika ia memastikan kakaknya telah keluar dari kamarnya.

                Tanpa ia sadari, kakaknya masih berada di luar kamarnya dan mendengarkan apa yang ia gumamkan tadi. Rahmi hanya tertawa tanpa suara dan segera masuk ke kamarnya sendiri.

^^^

                Minggu pagi. Nova baru saja keluar dari rumahnya dan berniat untuk mengambil Koran di halaman rumahnya ketika ia tak sengaja menginjak sesuatu tepat di depan pintu rumahnya. Nova kontan bingung dan menundukkan kepalanya untuk melihat benda apa yang telah ia injak.

                Setangkai mawar merah yang masih segar.

                Ia segera mengambilnya dan menemukan sebuah kartu yang tersangkut di batang mawar tersebut. Cepat-cepat ia ambil dan ia baca kartu tersebut.

                                Good morning, My Princess! Start your day with smile! :)
                                -with love, N-

                Nova tersenyum kecil. Baru kali ini ia mendapatkan setangkai mawar dipagi hari seperti ini. Hatinya berdesir seketika. Ia pun berjalan riang dan mengambil Koran yang tergeletak di halaman rumahnya, lalu kembali masuk ke dalam rumahnya.

                “Mawar dari siapa, kak?” tanya papanya.

                Nova hanya mengangkat bahunya dan menyerahkan koran tersebut ke papanya, “Ga tahu, pa. Udah ada di depan waktu Nova ngambili Koran buat papa,”

^^^

                Lagi-lagi, ia mendapatkan mawar merah lagi pagi itu. Kali ini ia sudah tak sekaget saat ia mendapatkan mawar merah pertamanya. Ia kembali memungut mawar merah tersebut dan membaca kartunya.

                                Don’t forget to go to school. I will meet you, dear :)
                                -with love, I-

                Kali ini, dahinya berkerut heran. Hey! Bukannya kemarin si pengirim misterius itu memberikan inisial N? Lalu, mengapa hari ini ia memberikan inisial I? Apakah pengirim mawar itu adalah dua orang yang berbeda?

^^^

                                You don’t forget to do your homework, do you? We can do our homework together, dear :)
                                -with love, A-

                Hey! Lagi-lagi dengan inisial yang berbeda! Ia telah mengantongi tiga inisial yang berbeda dari si pengirim misterius ini! Lalu? Salahkah jika ia berpikir bahwa ia memiliki tiga penggemar misterius?

^^^

                                Happy Wednesday, dear! Don’t forget, we will have Mathematics test today :)
                                -with love, T-

                Hari keempat ia mendapat mawar merah. Dan, ia mendapat inisial yang berbeda! LAGI! Sudah empat huruf yang selalu terngiang-ngiang dalam pikirannya. Apakah ini berarti ia memiliki tambahan satu penggemar rahasia lagi?

                “Dari mana dia tahu kalau hari ini aku ada ulangan matematika? Apa dia teman sekelasku? Kemarin dia juga bilang kalau kita bisa mengerjakan PR bareng,” gumamnya.

                BRUK!

                Saking sibuknya ia berpikir tentang pengirim mawar misterius itu, ia sampai menabrak seseorang di koridor sekolah. ia segera mendongakkan kepalanya untuk mengetahui siapa yang ia tabrak.

                “Eh, maaf! Aku tadi ga lihat,” ujar Nova seraya tersenyum tipis.

                “Ga apa-apa,” balas yang ia tabrak tadi, Lintar.

^^^

                                So confused about my initial, dear? Don’t worry, I just a person who admirers you so much :)
                                -with love, R-

^^^

                Ini adalah hari keenam ia mendapat kiriman mawar merah dari pengagum rahasianya itu. Dan, pagi ini, ia sama sekali belum membuka kartu ucapan yang juga menyertai mawar merah tersebut.

                Memang, ia membawa serta kartu ucapan tersebut ke sekolah. Ia juga membawa keenam kartu ucapakan yang lainnya. Tetapi ia tidak ikut membawa mawar merahnya. Ia tak mau menjadi tontonan gratis bagi seluruh siswa-siswi SMP Mariskova karena membawa enam tangkai mawar merah.

                Ia baru saja sampai di kelasnya. Sudah ada anggota SUPERGIRLS yang lainnya berserta dua kakak kelasnya, Rahmi dan Gita. Nova segera melempar begitu saja tasnya dan menghampiri kesebelas gadis tersebut.

                “Kenapa lagi, Nov?” tanya Oik.

                “Dapet kiriman mawar merah lagi?” tanya Ify.

                “Inisialnya beda lagi, ya?” tanya Shilla.

                Nova mengangguk, “Bingung ini akunya! Ini udah enam hari, tau! Tapi kartu ucapan yang hari ini belum aku buka,”

                “Ya udah, buka aja..” kata Acha.

                Nova mengangguk dan segera membaca kartu ucapan yang baru ia dapatkan pagi itu. Lagi-lagi menghela napas, jengah. Ia segera memberikan kartu ucapan tersebut kepada kesebelas gadis itu.

                                It’s the last day I send you a red rose. And, the last day I give you my initial :)
                                -with love, L-

                “Ini beda lagi, lho, inisialnya,” gumam Zahra.

                “Dia bilang kalau ini mawar terakhir, tuh. Inisial terakhir juga,” sambung Sivia.

                “Kali aja dia minta kamu buat nebak-nebak siapa dia lewat huruf-huruf itu,” kata Keke.

                “Emangnya kamu dapet huruf apa aja?” tanya Gita, ia berusaha sekuat tenaga menyembunyikan senyumannya. Begitupula dengan Rahmi.

                Nova segera mengeluarkan kelima kartu ucapan lainnya dari dalam saku kemejanya. Ia menata keenam kartu ucapan tersebut di atas meja dan melirik kesebelas gadis lainnya dengan ekspresi datar.

                “Coba dirangkai aja. Kali aja bisa jadi namanya siapa gitu,” saran Rahmi.

                “Nyoba dirangkai gimana, mba’? Ini, tuh, hurufnya aneh-aneh,” ujar Nova, frustasi.

                “N... I... A... T... L... R...” gumam Nova.

                “Apa, ya, kira-kira?” gumam Angel.

                “Sumpah sok misterius banget, sih, ini..” ujar Acha, jengkel.

                Ketika mereka bersepuluh sedang berpikir dengan keras, Rahmi dan Gita sedang tersenyum-senyum sambil saling melirik penuh arti. Tak lama, masuklah dua orang laki-laki. Oik lantas tersenyum melihat salah satu di antara keduanya.

                “Alvin..” sapanya, kalem. Yang disapa hanya tersenyum malu-malu.

                Seketika itu juga, kesembilan anggota SUPERGIRLS lainnya segera menengok kepada Alvin dan satu orang lagi temannya, yang juga siswa kelas itu.

                “Lintar,” gumam kesembilannya.

                Hening sejenak. Rahmi dan Gita semakin lebar saja senyumnya.

                “LINTAR!” teriak kesepuluhnya bersamaan, yang namanya disebutkan hanya melongo kaget.

                “Iya.. Aku kenapa?” tanya Lintar, masih dengan ekspresi tak mengerti.

                “N, I, A, T, L, R. Lintar. Pas!” ujar Ify, ia masih menatapi satu-persatu kartu ucapan yang Nova dapatkan.

                “Nah! Berarti dia yang ngirimin!” sambung Zahra, tak percaya.

                Nova merasakan kedua pipinya tiba-tiba saja menghangat. Rahmi dan Gita tertawa semakin terbahak-bahak. Kesembilan anggota SUPERGIRLS lainnya juga, kontan, tertawa lepas. Nova, Lintar, dan Alvin memandang kesebelasnya dengan bingung.

                “Jadi, kamu yang suka ngirimin mawar merah ke rumah aku?” tanya Nova, malu-malu.

                “Mawar merah? Rumah kamu? Maksudnya?” tanya Lintar, ia tak kalah salah tingkahnya dengan Nova.

                Rahmi menghentikan tawanya seketika, “Ini semua rencana aku, sama mereka..” akunya.

                Nova dan Lintar berpandangan dengan wajah bingung, “Maksudnya?”

                “Kita semua, tuh, tahu kalau kalian sama-sama... Hmm... Suka,” lanjut Gita.

                “Nah! Makanya kita bikin rencana itu,” sela Oik.

                “Ya, kita gemes aja sama kalian. Sama-sama suka, kok, susah banget buat jadian,” aku Aren, ia membentuk huruf V dengan tangan kanannya.

                Nova dan Lintar kembali merasakan pipi mereka yang menghangat. Alvin, yang sudah mulai mengerti soal ini, langsung saja tertawa terbahak-bahak.

                Shilla, yang tepat berada di samping Nova, pun segera mendorong gadis berkulit sawo matang tersebut agar lebih dekat dengan Lintar. Lagi-lagi, keduanya salah tingkah. Jadilah tawa-tawa di sekitar mereka semakin kencang saja.

                “Udah, jadian aja!” sorak Rahmi.

                “Mba’! Apa, sih?!” seru Lintar.

                “Ga bakalan bilang ke papa yang aneh-aneh, deh! Janji!” ujar Rahmi, tak menghiraukan seruan Lintar.
               
                “Ya udah, cepetan jadian!” sorak Sivia.

                Lintar melirik Nova. Begitupula Nova, melirik Lintar. Keduanya, kontan, tersenyum malu ketika pandangan mereka tak sengaja beradu.

                “Lin, tembak!” seru Alvin, ikutan gemas. Lintar meliriknya sinis.

                “Ehm.. Gimana, Nov?” tanya Lintar.

                Nova mengangkat bahunya, “Ya gitu,”

                “Jadi?” tanya Lintar, lagi.

                “Iya..” jawab Nova, malu-malu.

                “Serius?”

                “Iyaaaa!”

                Selesai! Sorakan dari kesembilan anggota SUPERGIRLS, Rahmi, Gita, dan Alvin semakin riuh saja. Nova dan Lintar pun hanya tersenyum malu-malu. Dan, pelan-pelan tapi pasti, Lintar menggenggam tangan Nova dengan erat.

(Nova’s Story - End)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

SUPERGIRLS (Cast)

1. Alyssa Saufika Umari
Diantara anggota SUPERGIRLS lainnya, Ify ini yang paling feminim! Dia maniac banget sama warna ungu, sampai-sampai semua perabotan di kamarnya pada pakai warna ungu. Dia punya pacar yang super kece, super imut, dan super jago main futsal. Sampai akhirnya, dia kudu putus sama pacarnya itu gara-gara 'sesuatu' dan betah ngejomblo buat beberapa bulan setelah itu. Setelah ngejomblo? Dia dideketin sama salah satu sahabatnya yang cowok dan tanpa sepengetahuan dari anggota SUPERGIRLS lainnya, mereka jadian!

2. Angelica Martha Pieters
Buat yang belum kenal deket sama cewek yang satu ini, pasti pada bilang kalau Angel itu anaknya super diem dan ga banyak omong. Tapi, dijamin deh, kalau udah kenal deket sama cewek manis yang satu, kalian bakal narik statement kalian yang bilang kalau Angel itu super diem dan ga banyak omong! Waktu awal-awal masuk SMP Mariskova, dia udah ditembak sama salah satu most wanted SMA Mariskova yang juga seangkatan sama dia. Setelah putus, dia jadian sama kakaknya temennya. Dan setelah itu, barulah dia jadian sama Obiet.

3. Angelin Aren Nadya
Dia ini anggota SUPERGIRLS yang paling betah ngejomblo! Sejak SD sampai sekarang (SMP) dia belum tertarik sama yang namanya pacaran. Sampai akhirnya, dia dan Oik ikut pertukaran pelajar ke Perancis yang diadain sama Pemerintah Kota Malang. Waktu dia ikut pertukaran pelajar itu, dia ketemu sama seorang cowok yang bener-bener getol ngedeketin dia. Sampai-sampai, waktu mereka udah balik ke Malang, si cowok ini tetep aja ngedeketin Aren. Meskipun mereka berdua beda sekolah, nyatanya ya si Aren luluh juga sama cowok ini..

4. Ashilla Zahrantiara
Bisa dibilang, Shilla ini eksis banget! Apalagi kalau bukan karena dia punya wajah yang oke? Nah, si Shilla ini playgirl banget! Dia anggota SUPERGIRLS yang paling playgirl dan ga bisa ditebak jalan pikirannya. Atau, kata lainnya, dia ini plin-plan banget! Mantan pacarnya segudang, ga bisa diitung! Sampai akhirnya, dia kena karma! Ada cowok yang bener-bener bikin dia jatuh cinta setengah mampus. Anggota SUPERGIRLS yang lainnya jadi pada bingung. Pasalnya, biasanya tuh si Shilla yang dikejar-kejar cowok.. Tapi kali ini, dia yang ngejar-ngejar cowok! Dan, Shilla punya rahasia besar yang dia tutup rapet-rapet biar ga ada yang tahu. Rahasia apa ya?

5. Gabriel Angeline Thalita Pangemanan
Panjang banget emang namanya si Keke ini. Dia ini orangnya super santai. Ga ngerjain PR? Santai! Telat dateng di sekolah? Santai! Dapet nilai jelek karena ga sempet belajar? Santai! Anggota SUPERGIRLS yang lainnya jadi pada bingung sendiri sama sifatnya Keke yang super santai ini. Masalah cinta-cintaan ini, dia juga super santai. Keke emang super santai di segala bidang. Dia lebih suka pacaran sama adek kelas daripada sama yang seumuran atau yang lebih tua. Kenapa? Tanya sama Keke sendiri aja ya!

6. Larissa Safanah Arif
Nama lengkapnya emang Larissa Safanah Arif, tapi nama panggilannya Acha. Beda banget emang nama lengkap sama nama panggilannya. Nah, Acha ini anggota SUPERGIRLS yang paling alim. Tapi, bisa dibilang, dia juga 'agak' munafik. Kenapa? Pasalnya, dia bilang ke anak-anak SUPERGIRLS kalau dia ini ga punya cowok. Nyatanya? Dia punya cowok! Long distance relationship gitu. Acha ada di Malang, dan cowoknya ini ada di Makassar. Kok bisa? Acha emang anak pindahan dari Makassar sana. Oh ya, Acha ini anak kesayangan guru-guru loh!

7. Nova Chintya Sinaga
Nova ini anak SUPERGIRLS yang paling cuek sama penampilannya. Paling ga fashionable lah intinya. Kenapa? Karena, dia bilang, dia pingin cari cowok yang bener-bener sayang sama dia apa adanya. Bukan cowok yang sayang sama dia karena dia fashionable dan karena dia cantik. See? Perkataan Nova yang itu emang nancep banget di hatinya anak-anak SUPERGIRLS, terutama Shilla yang emang update banget soal fashion. Dan akhirnya, dia dicomblangin sama anak-anak SUPERGIRLS dan kakak kelas yang emang deket banget sama mereka.

8. Oik Cahya Ramadlani
Oik ini, sebenernya, berasal dari keluarga broken home yang super tajir. Dia sempet frustasi dan ga masuk sekolah beberapa hari karena papa sama mamanya bertengkar mulu dan akhirnya memutuskan buat cerai. Oik, yang memang anak tunggal, jelas langsung nangis ga ada habisnya. Untung aja ada Alvin, cowoknya saat itu. Sampai akhirnya, Alvin harus ngelanjutin ke sekolah-asrama di Bandung dan mereka putus. Selanjutnya? Oik mulai males ngapa-ngapain dan datenglah cowok itu.. Yang ngebuat hidupnya lebih berwarna. Gara-gara cowok itu juga, Oik udah mulai nerima perceraian kedua orang tuanya.

9. Sivia Azizah
Baru aja mereka semua masuk di SMP Mariskova, Sivia udah ditembak sama Ketua OSIS SMP Mariskova saat itu. Namanya Sion, kelas 9. Mereka sempet pacaran dan pacarannya mereka itu sweet banget! Anak-anak SUPERGIRLS sampai mupeng dibuatnya. Tapi akhirnya mereka putus juga. Tepat saat hari kelulusan Sion. Sivia ngerasa mereka udah ga cocok lagi. Dan, waktu Sivia menginjak kelas 8, dia jadi Ketua OSIS! Ini yang bikin Sivia mendadak jadi galak. Dan setelah lulus dari SMP Mariskova, dia ngelanjutin sekolah-asrama di Bandung. Bareng Alvin. Mereka mulai deket. Dan saat Alvin nembak dia, dia sempet nolak. Sivia takut disebut sebagai 'Temen Makan Temen'..

10. Zahra Damariva Lubis
Si Zahra ini update banget soal gadget-gadget. Dia punya hobby yang kembaran sama pacarnya saat itu, hunting gadget sampai ke pelosok Kota Malang. Bahkan, mereka berdua rela keluar kota (Seperti Surabaya, Kediri, dan Jogja) buat hunting gadget bareng. Sampai akhirnya, dia ketemu cowok saat hunting bareng pacarnya. Dan, pertemuan itu merubah segalanya! Zahra jadi suka senyum-senyum sendiri kalau inget saat dia ketemu sama cowok itu. Zahra juga jadi suka marah-marah ke pacarnya. Itulah yang bikin Zahra putus sama pacarnya..

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

CRUIFFIN part 32 (Oik : “Ngapain lo nembak gue? Bukannya lo udah sama Kak Shilla ya?”)

Oik POV



Pagi-pagi banget si Cakka udah nyampe aja di rumah gue. Gue langsung cepet-cepet ngabisin sarapan gue dan pamit ke nyokap. Bokap? Lagi ke luar kota! Lagi ada semacem project gitu lah di sana. Bokap gue kan kontraktor, jadi ya sering-sering ke luar gitu.

“Ma, Oik berangkat ya” pamit gue, gue cium tangan nyokap dan cepet-cepet nyelempangin tas gue.

Nyokap gue ngangguk doang, “Ati-ati ya..”

“Iya, ma” jawab gue kalem :p

“Eh Ik, kok sekarang kamu jadi sering berangkat sama Cakka?” tanya nyokap, kalau udah begini sih gue biasanya paling males ngejawab.

Gue ngangkay bahu sok-sok biasa aja, “Ya ga kenapa-kenapa. Itung-itung ngirit ongkos bensin aja ma” jawab gue, sambil nyengir lebar.

Sebelum nyokap nanya-nanya yang bikin gue lebih males ngejawab lagi, gue udah ngeloyor aja dari ruang makan dan ngampirin Cakka di luar rumah gue. Dia udah nyender di mobilnya sambil masukkin tangannya ke saku celananya.

Begitu gue ngebuka pager rumah gue, dia langsung berdiri tegak dan ga nyender di mobilnya lagi. Tapi ya tangannya tetep aja ada di saku celana. Dia langsung senyum-senyum (sok) manis. Duh Tuhan, kenapa dia mendadak jadi kece gini -___-

“Berangkat sekarang, Ik?” dia nanya ke gue, gue melengos males.

“Ya iya lah! Mau berangkat jam berapa lagi, he?” semprot gue, rada kesel.

Cakka manggut-manggut. Dia ngebuka pintu di samping kemudi buat gue dan gue masuk ke dalem. Berasa putrid raja banget gueee -_- Abis itu, ganti Cakka yang masuk lewat pintu satunya dan nyalain mesin mobilnya. Kita berdua melesat ke sekolah.

^^^

Begitu udah nyampe di sekolah, Cakka langsung ngarahin mobilnya ke parkiran dan marker mobilnya di bawah salah satu pohon paling rindang di sini. Setelah selesai, Cakka matiin mesin mobilnya dan gue bakalan turun kalau aja tangannya si Cakka ga nahan tangan kanan gue.

Gue balik ngadep ke Cakka, “Apaan?” tanya gue, berasa jutek amat ya =))

“Errr, gue suka sama lo” kata Cakka, dia langsung nunduk dalem-dalem abis itu.

Gue kaget setengah mampus, setengah idup, apapun itu lah! Abis itu, gue ketawa ngakak (buat nutupin dag-dig-dugnya gue) “Hah? Apa sih, Cakk? Ga usah bercanda deh! Gue tau kalau lo itu sama Kak Shilla..”

Gue cepet-cepet ngelepasin tangannya Cakka dari tangan gue dan turun dari mobilnya Cakka. Agak lamaan sih nunggu Cakka keluar dari mobilnya. Dan begitu gue ngintip dari kaca jendela mobilnya, ternyata dia masih ada di posisinya yang tadi :-o

Gue ketuk tuh kaca mobilnya, “Lo mau sampe kapan ada di situ? Ga turun?” tanya gue dari luar.

Cakka kaget, gelagepan. Dia langsung ngangguk-nganggukin kepalanya dan cepet-cepet turun dari mobilnya. Abis itu, kita berdua langsung jalan ke kelas barengan. Gue ngelirik wajahnya dia dari samping. Dia..... Kecewa?

“Cakk? Lo ga apa-apa, kan?” tanya gue.

Dia ngegelengin kepalanya pelan, “Ga kok.. Tenang aja”

^^^

Istirahat! Huh! Sumpah gue bosen banget sama pelajaran Geografi! Mana gurunya kalau ngajar kayak ngedongeng gitu! Untung aja gue ga sampe kayak Ify yang ketiduran pas guru lagi nerangin =))

Berhubung sekarang udah istirahat dan perut gue keroncongan banget, gue langsung ngajak anak-anak Cruiffin buat ke kantin dan makan di sana, “Kantin yooooookk” teriak gue.

“Lo ga lihat gue lagi nyatet gini?” tanya Angel, sama sekali ga ngalihin pandangannya dari papan tulis dan buku catetannya.

“Sorry deh, Ik! Gue udah dibawain nyokap bekal sih, kan kata dokter gue suruh makan makanan rumahan aja biar higienis gitu” jawab Aren sambil nyengir lebar.

“Males ah, Ik. Nanggung! Gue baru aja download lagu-lagunya Taylor Swift yang baru nih! Mau di kelas aja, ngedengerin” kata Acha, begitu selesai ngomong begitu dia langsung make lagi tuh headset -_-

“Kantin ya, Ik? Gue mau ke kelasnya Rio sih” kata Dea, dia senyum-senyum kaku.

“Ngantuk gue, Ik! Mau tidur aje sampe bel masuk bunyi!” Zevana langsung nelungkupin tangannya di meja dan tidur -_-

“Ama gue aja, yuk!” ajak Sivia sama Ify, gue ngangguk semangat.

Begitu kita bertiga keluar dari kelas, si Sivia sama Ify langsung ngegandeng gue rapet-rapet. Sivia ngeganden tangan kanan gue dan si Ify ngegandeng tangan kiri gue. Gue jadi bingung sendiri. Ada apa-apa nih kayaknya (?)

“Kok lo ga ke kantin ama Alvin aja, Siv?” tanya gue, Sivia cepet-cepet ngangguk.

Ify nyubit pipi kiri gue, “Jangan nanya-nanya! Kita berdua mau ngintrogasi lo!” ini mau ngintrogasi kok ngomong-ngomong dulu sih? -_-

“Cakka lo apain kok jadi diem gitu?” tanya Sivia langsung.

Gue meringis, “Ga gue apa-apain kok”

“Boong lo! Cakka biasanya ga sediem itu!” sangkal Ify.

Jujur aja apa gimana ya? “Tadi tuh Cakka bilang kalau dia suka sama gue tapi gue ketawain terus gue bilang kalau dia ada ‘apa-apa’ sama Kak Shilla” jawab gue akhirnya, volume suara gue makin lama makin kecil.

“Bego looooo!!” teriak Sivia sama Ify, pas di kuping gue! :@

Gue langsung ngebekep mulut mereka berdua, “Sssstt! Bego apanya sih gue? Emang bener gitu kan?!” gue melengos males.

“Kagak! Harusnya lo itu ga kayak gitu sama Cakka! Dia serius suka sama lo!” bisik Ify.

“Dan Cakka ga ada ‘apa-apa’ sama Kak Shilla! Kak Shilla aja yang ngebet sama dia, tapi dia ngebetnya sama elo, bego!” kata Sivia gemes, dia jadi mencak-mencak sendiri ._.v

Emang gitu ya? Cakka beneran suka sama gue? Itu tadi bukan cumin bercandaan doang? “Gitu ya? Tau ah! Pusing gue!”

Gue langsung jalan ngedahuluin mereka ke kantin. Ga lama, mereka udah ada di samping kanan-kiri gue lagi aja -___- kita langsung pesen makanan dan waktu itu makanan sama minuman udah ada di tangan, kita cepet-cepet nyari tempat duduk. Ya elah! Tinggal yang di deket Cakka sama Kak Shilla tuh yang kosong.

“Duduk sana nih, Ik?” tanya Ify, takut-takut.

Gue narik napas dalem-dalem dan ngehembusinnya ga kentara. Gue langsung maju dan (lagi-lagi) jalan ngedahuluin Sivia sama Ify, “Iya lah! Cuman di situ yang kosong!”

Sivia cepet-cepet nyusul gue, “Serius? Ini kan deket banget sama Cakka sama Kak Shilla” gue ngangguk aja sok ga ada apa-apa.

Gue langsung duduk di kursi dan naruh makanan sama minuman gue di meja. Ga lama, Sivia sama Ify langsung duduk sebelahan di hadapan gue. Gue senyum ke mereka dan gue langsung makan makanan gue.

“See.. Kalau emang Cakka ga ada ‘apa-apa’ sama Kak Shilla, mereka ga bakal berduaan aja di kantinnya kayak sekarang” ujar gue, disela-sela makan.

Sivia ngelirik Ify, dia geleng-geleng aja sambil ngelihat gue, “Makan bareng bukan berarti ada apa-apa, Ik!”

“Coba lo dengerin obrolan mereka aja kalau ga percaya..” sahut Ify, super santai.

“.....Kak, mau ngomong apaan? Gue mau cepet-cepet balik ke kelas nih!.....”

“.....Bentar lah Cakk! Bel masuk masih lama ini. Gue kan mau ngomong sama lo.....”

“.....Nah makanya! Cepetan ngomong deh, dari tadi lo gelagepan mulu kak.....”

“.....Gue cuman mau ngomong kalau gue... Suka sama... Lo.....”

Damn! Gue ga nyangka kalau Kak Shilla berani ngomong gitu ke Cakka! Pasti Cakka bakalan nerima Kak Shilla deh. Secara ya, Kak Shilla itu cantik banget! Pinter, tubuhnya juga proporsional! Ga kayak gue yang mungil begini :(

Gue senyum kecut, “Kalian denger sendiri kan kalau Kak Shilla ngomong dia suka sama Cakka”

Ify langsung ngangkat wajahnya dan natep gue ngerti, “Ik! Lo pesimis banget, sih?! Itu Kak Shilla yang nyatain, bukan Cakka!”

Sivia ikut-ikutan natep gue ga ngerti, “Belum tentu mereka bakalan jadian, Ik! Lo sendiri kan yang bilang kalau tadi pagi Cakka nembak lo!”

Gue ngebanting sendok sama garpu gue dan cepet-cepet ngalihin pandangan dari Sivia sama Ify, “Tapi kan kali aja tadi itu Cakka cuman bercanda”

Ify ngelunak. Dia ngusep-ngusep bahu gue, “Udah lah. Cakka itu sukanya sama lo, bukan sama Kak Shilla atau yang lainnya”

“Iya, gue percaya. Tapi gue ga enak sama Kak Shilla. Seola-olah gue ‘ngambil’ Cakka dari dia. Kalian berdua tau sendiri lah kalau gue itu deket sama Kak Shilla. Gue ga mau aja Kak Shilla nyangka gue yang aneh-aneh..”

^^^

Bel pulang sih udah bunyi dari tadi. Tapi anak-anak Cruiffin plus Rio, Alvin, Cakka, Ray, Obiet, sama Ozy masih ada di sekolah. Obiet? Ozy? Iya.. Obiet niatnya mau jemput Angel tapi ya kita tarik aja buat ikut main. Ozy juga, dia niatnya ngejemput Acha. Ikut main? Kita lagi main ToD alias Truth or Dare! =))

Kita sih cumin make botol air mineral buat jadi medianya. Jadi, tiap itu botol diputer dan berhenti, yang ketunjuk sama tuh botol yang akhirnya disuruh milih Truth atau Dare. Udah pada banyak yang kena sih. Yang belum cuman gue, Rio, Zevana, Sivia, sama Cakka.

“Gue puter lagi ya..” kata Alvin, dia langsung muter itu botol lagi dan berhenti di..... Gue -_-

“Yeay! Truth or dare, Ik?” tanya Acha sambil mesem-mesem penuh arti (?)

Truth apa dare ya? Takutnya kalau dare mah disuruh yang aneh-aneh. Kan gue malu! Apa truth aja ya? Tapi ntar kalau ditanyain yang macem-macem gimana? “Truth!” jawab gue, akhirnya.

“Ayo, siapa yang mau nanya?” tanya Rio semangat.

“Gue!” seru Aren, semangat bener!

“Apa?” tanya gue sambil meringis takut.

“Lo suka sama siapa?” tanya Aren sambil masang tampang paling polos.

Gue manyun, “Privacy!”

“Ya udah deh, gini aja.. Siapa sih yang bikin lo takut atau apalah gitu buat ngomong ke orang yang lo suka kalau lo suka sama dia?” tanya Angel, gua yakin dia sengaja banget nanya begini.

“Harus jawab!” seru Ray, ikut-ikutan semangat -_-

“Ga boleh rahasia-rahasiaan lagi!” ancem Obiet -_-

“Ayo, jawab!” suruh Ozy -_-

“Kak Shilla..” jawab gue, akhirnya, frontal -____-

Yang lainnya cumin manggut-manggut sok ngerti. Sivia sama Ify seneng banget nih gue yakin -_- Gue ngelirik Cakka. Dia lagi natep kosong ke arah gue. Hah? Ke gue? Ngapain? :-o

“Puter lagi botolnya!” teriak Zevana, semangat bener -_-

Alvin langsung muter lagi tuh botol. Dan berhenti di..... Cakka! Shit! Kesenengen banget nih anak-anak! Terus aja godain gue sama Cakka! Pulang juga nih gue lama-lama -_-

“Truth or dare, Cakk?” tanya Dea sambil naik-turunin alisnya.

“Dare aja, Cakk. Masa yang dare cumin gue doang..” kata Alvin sambil meringis lebar.

“Dare deh..” kata Cakka.

“Siapa yang mau ngasih tantangannya?” tanya Rio, ngelihatin yang lainnya satu-persatu.

“Gue aja!” jawab Ozy, dia langsung ngelirik unyu-unyu ke Cakka (?)

“Apaan?” tanya Cakka.

“Tembak cewek yang lo suka!” jawab Ozy, enteng-seenteng kapas (?)

“Kalau orangnya ga ada di sini ya lo bisa telpon dia” sahut Ify, Cakka cumin ngangguk.

Hening. Cakka masih nimang-nimang HP-nya sambil nengok-nengok ke arahnya Ozy. Apa? Nimang-nimang HP? Kan! Bener kata gue! Dia pasti mau nelpon Kak Shilla dan yang tadi pagi di mobil itu bercanda doang :(

“Gue suka sama lo... Oik” kata Cajja. Hmm, apa? APA? :-o

Gue langsung ngangkat wajah gue dan nengok ke dia, dia lagi ngelihat gue (lagi), “Ga usah bercanda lagi lah. Cukup tadi pagi aja lo bercandaan kayak gini..”

Cakka ngegeleng cepet, “Serius! Gue ga bercanda!”

Gue senyum miris, “Ngapain lo nembak gue? Bukannya lo udah sama Kak Shilla ya?”

“Gue ga ada apa-apa sama dia, Ik. Gue serius!” kata Cakka, dia masang wajah kecewa lagi :(

“Udahlah, Ik.. Tadi itu dia nolak Kak Shilla” sahut Ray.

Gue melongo kaget, “Lo ngapain nolak Kak Shilla buat cewek kayak gue sih?”

“Ya karena gue sayangnya sama elo!” jawab Cakka.

“Udah, Ik.. Jawab aja. Lo suka sama Cakka apa ga?” suruh Sivia yang kayaknya udah geregetan :p

“Lo serius suka sama gue?” tanya gue ke Cakka, dia ngangguk pelan. Gue senyum, “I would..”

“Yeeeeeeeeee!!” anak-anak langsung teriak-teriak heboh -_-

“Mau jadian aja ribet banget ya kalian” sindir Ozy -_-

Si Cakka langsung berdiri dan duduk di sebelah gue AAAAAAAAAA please gue blushing -_-

“Gini doang nih? Cium kek, apa kek” goda Angel.

Mampus! Gue langsung nunduk aja sebelum yang lainnya ngegodain yang aneh. Dan, tau-tau aja si Cakka udah nyium pipi gue :-$ Anak-anak makin heboh deh ngegodainnya ._.

(Part Oik - End)



THE END

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS