Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

SUPERGIRLS part 5 (Acha's Story)


            “Ya udah.. Yang belum ada cowok, cepetan cari,” celetuk Nova.

            “Iya, ya, yang sudah hampir satu tahun sama Lintar,” seru Sivia, ia melemparkan sebuah boneka teddy bear milik Keke ke arah Nova.

            “By the way, iya juga, sih. Yang belum ada cowok, kan, tinggal.....” Ify menggantungkan kalimatnya, membiarkan teman-temannya yang menyahut.

            “Aren, Shilla, Angel, Sivia, Acha!” sebut Zahra.

            “Iya, deh, yang baru aja beberapa detik putus, eh, langsung dapat gantinya,” ejek Oik.

            “Itu namanya takdir, Ik.. Asal ga seperti kamu sama Alvin. Sudah pacaran tapi masih aja sok-sokan ga ada apa-apa,” balas Zahra, tak kalah menusuk hatinya dengan perkataan Oik sebelumnya.

            Sivia tersenyum kecil, ia pun menimpali, “Iya, Ik. Kalian berdua ini aneh. Pasangan lain pasti sudah langsung kabarin sana-sini kalau sudah jadian. Tapi kamu sama Alvin ga,”

            “Kenapa jadi ngomongin Oik dan Alvin? Tuh, urus saja lima cewek ini yang belum ada pacar,” ujar Ify, jemarinya menunjuk kelima orang yang ia maksud secara bergantian.

            “Aren.. Jangan terlalu cuek, lah, sama cowok,” pesan Nova.

            “Shilla juga. Mumpung sekarang lagi ‘kosong’, jangan sembarang terima cowok yang menyatakan perasaannya ke kamu,” timpal Ify.

            “Angel juga, jangan terlalu lama masa pendekatannya sama Kiki,” sahut Zahra.

            “Sivia jangan terlalu serius soal pencalonan Ketua OSIS. Coba, deh, lihat.. Banyak cowok-cowok yang suka kamu. Jangan terjebak, juga, dibayangannya Kak Sion. Kan, Kak Sion juga sudah lulus. Kalian, juga, sudah lama putusnya,” kata Oik.

            “Acha jangan terlalu diam. Nanti kalau kamu terus-terusan seperti ini, ga ada cowok yang mau dekatin kamu,” ujar Keke.

            Acha hanya menundukkan kepalanya dengan pipi bersemu merah dan tersenyum kecil. Kejadian itu luput dari pandangan sahabat-sahabatnya yang lain. Mereka tak tau. Mereka tak tau bahwa Acha menyimpan ‘ini’ rapat-rapat..

^^^

            Acha terbangun dari tidurnya. Ia meraba-raba area bawah bantalnya, mencari sesuatu. Dapat! Ia segera mengambilnya. Ponselnya. Ia nyalakan dan ia lihat pukul berapa sekarang ini.

            “Tengah malam,” gumamnya.

            Acha pun mendudukkan dirinya. Meletakkan kembali ponselnya di bawah bantal. Ia melihat sekeliling. Kamar Keke sudah seperti kapal pecah. Potongan pakaian, bungkus makanan, kaleng minuman, dan DVD berserakkan di mana-mana. Kesembilan sahabatnya pun masih tertidur nyenyak.

            “Haus,” gumam Acha, lagi.

            Acha menyibak selimut yang sedari tadi membalut tubuhnya. Ia turun dari ranjang dan bergegas keluar dari kamar Keke, lalu menuju dapur. Ia sudang sering menginap di sini. Jadi, ia tak canggung lagi untuk sekedar ke dapur dan mengambil minum.

            Dapur gelap gulita. Acha segera menyalakan lampu. Ia mengambil sebuah gelas dari rak dan menuju dispenser. Setelah ia rasa cukup, ia melenggang menuju meja makan dan duduk di salah satu kursi. Acha menegak minumannya hingga gabis. Ia terdiam sejenak.

            “Tumben sekali dia tak mengirimiku SMS. BBM juga tidak. Tumben..” desisnya.

            Setelah selesai meminumnya, Acha meletakkan sembarangan gelas tadi dan kembali ke kamar Keke. Ia naik ke atas ranjang. Lagi, ia mengambil ponselnya dari bawah bantal. Ketika ia baru saja akan mematikannya, matanya tak sengaja menangkap beberapa notif.

            1 New Message. 1 New Chat on BBM. 1 New Direct Message. 1 New Chat on Y!M.

            Acha mengerutkan keningnya, “Siapa, ya?”

            Ia lantas mengurungkan niatnya untuk mematikan ponselnya. Ia segera membuka satu-persati notif tersebut. Dimulai dari Yahoo! Messanger.

ahmadfauzyadriansyah@yahoo.com
Km dmn Cha?? SMS, BBM, n DM aq knp gk dbls?? :---( 

            Acha tersenyum kecil. Ia pun lantas membalas chat tersebut. Dari Ozy. Pacarnya. Mereka LDR. Ia di Malang dan Ozy di Makassar. Hanya saja, keduanya dapat bertemu setiap satu bulan sekali. Setiap satu bulan sekali tersebut, Ozy ke Malang. Mengunjungi neneknya.

larissasafanaharif@yahoo.com
Maaf, aq ktdrn. Td BB jg mti. Maaf y :-) 

            Acha segera mengclose Y!Mnya. Lagipula, Ozy juga tidak sedang online. Acha pun beralih ke Twitter. Ia segera membuka Direct Message. Ozy lagi. Acha pun kembali tersenyum kecil..

@ozyadriansyahh: Cha, km gpp kn?? Smua chat dr aq gk ad yg km bls :-(
@RaissaArifII: Iy, aq gpp kk. Maaf udh bkn khwtr:-( 

            Acha meminimize Twitter for Blackberrynya. Ia segera membuka BBMnya. Berpikir bahwa Ozylah yang mengchatnya. Dan, benar saja! Ozy lagi! Acha tersenyum kecil, untuk yang ketiga kalinya..

Ozy Adriansyah
Acha?? :-(

            “Ozy selalu pakai emot sad. Jadi ga tega akunya,” keluh Acha.

Acha Raissa
Knp Ozy?? :-)
Maaf, aq ktdrn.

            Setelah memastikan BBMnya telah delivered, Acha kembali beralih pada SMS. Dan, Ozy lagi! Kali ini, Acha menggelengkan kepalanya. Ternyata Ozy lebih perhatian dari yang ia kira. Buktinya, ia mencoba berkomunikasi dengannya lewat segala media.

From: Sweetie! :-----*
Bls dong Cha.. :-( 

            Acha pun segera mengetikkan balasan untuk Ozy. Tepat ketika itu, ponselnya bergetar. LEDnya berkedip-kedip. Pertanda ada chat baru di BBM.

To: Sweetie! :-----*
Nh dbls kk ({}) Lwt BBM aj y.

            Acha kembali tersenyum. Cepat-cepat ia membuka kembali aplikasi BBM. Ada sebuah chat baru di sana. Dari Ozy..

Ozy Adriansyah
Alhamdulillah.. Aq kr km knp2 :-(

Acha Raissa
Gk kk. Maaf udh bkn khwtr :-(

Ozy Adriansyah
Iy, gpp. Jgn gn lg tp y :-)

Acha Raissa
Iy dh! Jnji! ({})

Ozy Adriansyah
Udh mlm Cha. Gk tdr lg aj??

Acha Raissa
Km sndr gk tdr?? Aq br bngn kk Zy.

Ozy Adriansyah
Y udh. Aq tdr y. Jgn ngilang2 lg ky gn! :-*

Acha Raissa
Iyyyyy! Nite Zy! :---*

Ozy Adriansyah
Nite Cha ({{{}}}) 

            Acha pun kembali ke alam mimpinya dengan ponsel yang masih berada pada genggamannya. Dan ternyata, ia melupakan sesuatu..

^^^

            Cahaya sang mentari telah menelusu masuk ke dalam kamar Keke melalui celah-celah tirai. Keke, yang notabenenya tertidur di dekat jendela, otomatis terbangun karena wajahnya terkena pantulan sinar matahari.

            Ia pun menyibak selimutnya. Keke berjingkat turun dari ranjang. Rupanya kesembilan sahabatnya masih tertidur pulas. Keke bergerak menuju jendela kamarnya, tangan kanannya terulur untuk menyibak lebar-lebar tirai tersebut. Alhasil, kamarnya telah sempurna diterangi oleh sinar sang mentari.

            Setelah itu, Keke beralih pada kesembilan sahabatnya. Ia berkacak pinggang di bibir ranjangnya. Kepalanya bergeleng-geleng tak mengerti, rupanya kesembilan sahabatnya ini lebih kebo daripada dirinya.

            “Bangun kaliaaaaannn!” teriak Keke.

            Beberapa dari mereka masih bergeming. Oik, lantas menegakkan tubuhnya karena kaget. Ify menguap lebar-lebar sambil mengulat. Aren membuka kelopak matanya lalu menguceknya beberapa saat.

            “Acha! Kenapa malah melepas ponsel dari genggaman dan memeluk guling?!” teriak Keke, lagi.

            Acha bergeming. Ia semakin erat memeluk guling tersebut. Tentu saja ia masih berada di bawah alam mimpinya secara penuh. Keke kembali menggelengkan kepalanya. Rupanya Oik, Ify, dan Aren telah turun dari ranjangnya. Menyisakan Sivia, Zahra, Shilla, Acha, Nova, dan Angel di sana.

            Oik, Ify, dan Aren lantas duduk bersila di atas hamparan karpet berwarna pink tersebut. Ketiganya menguap lebar-lebar. Keke rupanya masih berusaha membangunkan keenam sahabatnya yang lain.

            “Cha, LED ponselmu kedip-kedip,” ujar Keke, Acha bergeming.

            Keke menghela napas. Tak menunggu lama, Keke pun mengambil ponsel Acha yang tergeletak begitu saja. Ia pun segera melihat notifnya. Rupanya ada sebuah chat baru. Ia membukanya. Dari Ozy!

            “Ozy Adriansyah?” gumam Keke.

            Keke pun perlahan duduk bersila pula di antara Ify, Oik, dan Aren. Ia membuka chat dari Ozy tersebut. Perlahan, ia baca keseluruhan chat Acha dengan Ozy semalam. Keke terbelalak kaget.

            “Astaga!” pekiknya.

            Oik bergegas berdiri. Ia membangunkan kelima sahabatnya yang lain.

            “Sivia! Angel! Zahra! Nova! Shilla! Ayo, bangun! Penting ini!” serunya, ia memukul pelan lengan-lengan kelimanya.

            Kelimanya pun terbangun. Oik segera kembali duduk bersila di atas karpet. Ia melambaikan tangan kanannya pada Sivia, Angel, Zahra, Nova, dan Shilla. Memberikan isyarat pada kelimanya agar cepat kemari. Kelimanya pun turun dari ranjang dan duduk bersila pula di atas karpet.

            “Kenapa, Ik?” tanya Shilla.

            “Apanya yang penting?” tanya Angel.

            Ify, Oik, Keke, dan Aren mematung. Keke hanya menyerahkan ponsel Acha pada kelimanya. Akhirnya, Sivia yang menerima. Kelimanya pun membaca apa yang telah Ify, Oik, Keke, dan Aren baca tadi. Setelahnya, kelimanya meletakkan ponsel Acha di atas karpet begitu saja.

            “Aku ga nyangka kalau Acha sudah memiliki... Pacar,” ujar Zahra, ia mengedik sekilas pada Acha yang masih tertidur di atas ranjang.

            “Sama. Aku merasa... Ga dihargai sebagai sahabat,” tambah Nova.

            “Kenapa dia ga cerita saja pada kita kalau dia sudah ada pacar?” tanya Sivia, entah pada siapa.

            “Tapi kenapa semalam ia tidak mengelak waktu kita bilang dia single?” tanya Aren.

            “Kenapa aku merasa kalau... Acha itu... Munafik?” tanya Oik.

            “Dia munafik! Dia ga menyangkal sedikitpun waktu kalian bilang dia single semalam!” seru Shilla.

            Suasana mendadak hening. Kesembilan gadis itu lantas tenggelam dalam pikirannya masing-masing tentang Acha. Tak lama kemudian, terdengar sebuah suara dari atas ranjang. Acha terbangun dari tidurnya.

            “Guten Morgen, guys!” sapa Acha dengan riang.

            Acha pun lantas turun dari atas ranjang, diiringin keheningan yang kembali menyelimuti ruangan itu. Acha sendiri heran, tak ada seorangpun yang membalas sapaannya. Acha pun ikut bergerombol bersama kesembilan sahabatnya.

            “Kalian sedang apa? Kenapa tidak membangunkan aku?” tanya Acha.

            Lagi-lagi, tak ada yang menjawab. Seluruhnya, minus Keke dan Acha, segera membereskan barang masing-masing. Acha kembali merasa bingung. Ada apa ini? Sedangkan Keke, hanya menatap kosong ke arahnya.

            “Kalian mau ke mana? Pulang?” tanya Acha lagi.

            Acha memperhatikan kedelapan sahabatnya tersebut satu-persatu. Tak ada jawaban yang keluar dari mulut mereka. Yang ada hanya anggukkan kecil. Acha menghela napasnya tak kentara. Ia mencoba berpositive thinking.

            “Ya sudah, aku juga pulang saja..” kata Acha.

            Acha pun berdiri. Dengan cepat, ia membereskan barang-barangnya. Setelah selesai, ia pun keluar dari kamar Keke. Sayup-sayup kesembilannya mendengar bunyi mesin motor yang semakin menjauh. Acha benar-benar masih polos atau pura-pura tak tau?

^^^

            Setelah bersih-bersih badan dan membereskan kamar tidurnya, Acha merebahkan tubuhnya di atas ranjangnya. Ia menatap langit-langit kamarnya dengan pikiran yang berkecamuk. Sebenarnya, ada apa ini?

            “Mereka semua kenapa? Kenapa mereka berubah, ya? Oh, mungkin mereka hanya terlampau capai,” kata Acha, lebih kepada dirinya sendiri.

            Acha pun segera mengambil ponselnya. Sudah ada chat dari Ozy di sana. Ia segera membukanya.

Ozy Adriansyah
Knp chat yg td pg gk km bls?? Sbk y??

Acha Raissa
Maaf, aq lg pjms prty lg d rmh Keke.
Zy, tmn2q mnddk brubah. Sprt ad yg lain dr mrk.. :-(

Ozy Adriansyah
Berubh gmn Cha?? Mgkn mrk cmn cpk ;-)

Acha Raissa
Iy, mgkn.
Zy, udh dl y. Aq jg cpk, mw istrh. Gpp kn?

Ozy Adriansyah
Iy, gpp. Tdr yg nyenyak y :---) 

            Acha pun segera mematikan ponselnya dan meletakkannya di atas meja belajar. Setelahnya, ia kembali terlelap.

^^^

            Senin pagi itu, waktunya upacara. Seluruh siswa-siswi SMP Mariskova segera menuju lapangan upacara. Kebetulan, Achalah yang pertama kali datang di lapangan. Sedangkan kesembilan sahabatnya datang ketika upacara akan dimulai beberapa detik lagi.

            Kebetulan, Acha mendapatkan tempat di barisan depan. Otomatis, kesembilan sahabatnya melewatinya ketika akan mencari tempat.

            “Di sini saja. Di belakangku!” tawar Acha, kesembilannya hanya menggeleng.

            “Ga, Cha. Kami di belakang saja,” jawab Shilla dengan nada yang sama sekali tidak bersahabat.

            Acha hanya mengangguk mengerti. Raut wajahnya nampak berubah menjadi sedih. Kesembilan sahabatnya mendapatkan tempat di barisan paling belakang. Di belakang sana dingin, tak terkena sengatan cahaya matahari sedikitpun karena terhalang sebuah pohon trembesi yang tinggi.

            Upacara berlangsung. Acha menengok ke belakang. Kesembilan sahabatnya sedang bersenda gurau di belakang sana, tanpanya. Kesembilan sahabatnya pun tak bercucuran peluh seperti dirinya. Jelas saja, Acha berbaris di depan. Tempat, yang pasti, terkena sengatan sinar matahari paling banyak.

^^^

            Bel istirahat baru saja berdering. Kesembilan anggota SUPERGIRLS telah beranjak dari tempat duduk masing-masing. Meninggalkan Acha yang masih terduduk di bangkunya. Mereka bersembilan telah berubah.

            Acha pun berdiri. Ia bergegas menyusul kesembilan sahabatnya tersebut yang tengah berada di ambang pintu kelas sembari bersenda gurau. Hhh.. Lagi-lagi mereka bersembilan bersenda gurau tanpa dirinya.

            “Hey!” panggil Acha, tepat ketika ia telah berada di antara kesembilannya.

            Mereka bersembilan menengok padanya dan memandangnya tanpa ekspresi.

            “Mau ke kantin? Boleh aku ikut?” tanya Acha.

            “Kami sedang ga lapar. Kami akan ke perpustakaan,” jawab Zahra.

            Kesembilannya lantas melenggang, meninggalkan Acha yang masih terdiam dengan kepala yang tertunduk dalam-dalam. Ia lantas mengeluarkan ponselnya dan mengetik sebuah chat untuk Ozy.

Acha Raissa
Bnr ap ktq. Mrk smua brubh. Mrk cuek bgt k aq.. :-----(

            Setelahnya, ia kembali menyimpan ponselnya di saku roknya. Acha pun pergi ke kantin seorang diri, tidak dengan kesembilan sahabatnya itu. Ia merasa ada yang aneh. Seperti... Dunia mendadak menjadi sepi tanpa para sahabatnya.

^^^

            Acha sedang memesan makanan untuknya sendiri ketika ia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kantin. Ia kembali membulatkan kedua bola matanya.

            Di sana. Di salah satu meja yang cukup terpencil di kantin. Kesembilan sahabatnya sedang bersenda gurau sambil memakan beberapa bungkus snack. Kesembilannya juga terlihat biasa-biasa saja tanpa hadirnya ia.

            Setelah pesanannya telah berada di tangan dan ia telah membayar, Acha membawa pesanannya ke meja tempat kesembilan sahabatnya duduk. Ia langsung duduk di sebuah kursi yang kosong. Di samping Ify.

            “Kenapa kalian di sini? Bukannya kalian ke perpustakaan?” tanya Acha.

            Kesembilan sahabatnya hanya saling pandang. Kesembilannya lantas bangun dengan membawa snack dan minuman kaleng masing-masing. Mereka semua telah bersiap akan meninggalkan Acha lagi ketika gadis itu mencekal pergelangan tangan Ify.

            “Kalian ini kenapa?” tanya Acha.

            “Nothing. Just ask your Ozy Adriansyah!” jawab Ify.

            Acha terpaku di tempatnya. Ia lantas melepaskan cekalannya pada pergelangan tangan Ify. Apa tadi Ify bilang? Your Ozy Adriansyah? Acha’s Ozy Adriansyah? Acha menundukkan kepalanya dalam-dalam. Sadar akan rahasianya yang telah terbongkar.

            Acha kembali menegakkan kepalanya dan menyadari kesembilan sahabatnya telah sepuluh meter jauhnya dari tempatnya saat ini.

            “Jadi kalian sudah tau soal Ozy?” teriak Acha.

            Kesembilan sahabatnya berhenti melangkah dan berbalik menatapnya. Mereka hanya menganggukkan kepalanya dan kembali berjalan keluar dari kantin, meninggalkan Acha yang sedang mengacak rambutnya dengan frustasi.

            “Mereka marah padaku..” gumamnya, suaranya terdengar sangat parau.

^^^

            Pelajaran Bu Winda baru saja selesai. Acha gelisah sendiri di tempatnya. Pasalnya, Bu Winda telah memberikan tugas kelompok pada mereka semua. Satu kelompok sepuluh orang. Dan ternyata Acha sekelompok dengan kesembilan sahabatnya!

            Acha segera bangkit dari duduknya, menghampiri kesembilan sahabatnya yang sedang memperbincangkan mengenai tugas kelompok tersebut.

            “Kapan kerja kelompoknya? Biar nanti ku sisihkan waktuku untuk mengerjakan bersama kalian,” tanya Acha.

            “Ga perlu. Kami bersembilan bisa mengerjakannya sendiri,” tolak Oik.

            “Kalian kenapa jadi seperti ini ke aku?” tanya Acha lagi, ia menundukkan kepalanya.

            “Kenapa juga kamu ga pernah cerita ke kami soal Ozy Adriansyah itu?” tanya Keke balik.

            “Aku benar-benar ga ada maksud membohongi kalian. Aku belum memberitahukannya pada kalian karena... Karena... Aku rasa waktunya belum pas,” jelas Acha.

            “Dan akhirnya kami mengetahuinya sendiri,” desis Aren tajam.

            “Maaf!” gumam Acha.

            “Munafik!” gumam Shilla.

            “Kami merasa kamu ga nganggep kita sahabat, Cha,” ujar Sivia.

            Kesembilan gadis itu pun bangkit dari duduknya. Mereka melenggang keluar kelas, entah ke mana. Lagi-lagi Acha hanya dapat menatap perih kepergian mereka bersembilan tanpa berbuat apa-apa. Karena, sekarang, ia tau bahwa ini semua adalah salahnya.

^^^

            Acha sedang terdiam di kamarnya ketika suara mamanya yang memanggil mamanya terdengar dari ruang tamu. Acha pun bergegas keluar dari kamarnya dan menemui mamanya di ruang tamu. Di sana ada.....

            “Cha, ada Ozy. Kamu temani, ya. Kasihan dia, jauh-jauh dari Makassar,” kata mamanya.

            Acha mengangguk. Ia tersenyum melihat Ozy yang telah duduk di sofa ruang tamunya. Mamanya pun segera masuk ke dalam. Acha duduk di sofa yang sama dengan Ozy, keduanya duduk berdampingan dengan senyum yang mengembang.

            “Hay, Cha..”

            “Kenapa ga ngabarin kalau kamu datang?”

            “Hanya ingin membuat surprise,”

            “Tapi, kan, kalau kamu mengabariku, aku bisa menjemputmu di bandara,”

            Ozy tersenyum, ia mengacak pelan poni Acha. Kedua pipi Acha terlihat merona seketika itu pula.

            “Jadi, bagaimana sahabat-sahabat kamu itu?”

            “I don’t know, Zy. Mereka benar-benar memusuhiku,”

            Ozy terlihat mengerutkan keningnya, “Kenapa?”

            “Mereka tau kalau kita berpacaran. Aku tidak memberitahukan mereka soal ini. Sampai akhirnya, mereka bersembilan mengetahui itu sendiri,”

            “Astaga! Kamu sudah minta maaf?”

            “Sudah, tapi mereka tak menanggapinya!”

            “Mereka sekarang di mana?”

            “Di rumah Angel. Mereka sedang mengerjakan tugas kelompok, tanpa aku..”

            “Ya sudah.. Aku temani kamu ke rumah Angel, ya? Aku juga temani kamu minta maaf pada mereka. Oke?”

            “Benar? Ga apa-apa?”

            “Iya,”

^^^

            Kini keduanya telah sampai di halaman rumah Angel. Ozy baru saja turun dari motor saudaranya yang ia pinjam. Sedangkan Acha, ia telah berdiri di depan pintu rumah Angel. Ozy pun menyusulnya. Ia menggenggam tangan Acha, menguatkan gadisnya itu.

            Acha pun akhirnya mengetuk daun pintu itu. Tak lama kemudian, terdengar sahutan dari dalam. Terdengar juga derapan langkah kaki yang mendekat. Acha menahan napasnya. Pintu pun terbuka.

            “Angel,” sapa Acha.

            Angel memincingkan matanya, “Ada apa kamu kemari? Kami, kan, sudah bilang kalau kamu tak perlu ikut mengerjakannya,”

            “Maaf,” gumam Acha.

            Angel berpindah menatap Ozy, “Siapa dia?” tanya Angel pada Acha.

            “Hay! Aku Ozy,” Ozy memperkenalkan dirinya pada Angel, Angel mengangguk.

            “Boleh kami masuk?” tanya Acha, ragu-ragu.

            Angel hanya mengangkat bahunya. Ia pun membuka pintunya sedikit lebar. Acha dan Ozy pun masuk ke dalam. Keduanya mengekor Angel yang menuju ruang keluarga rumahnya. Begitu sampai di sana, sudah ada kedelapan sahabat Acha lainnya. Mereka semua mematung melihat Angel yang datang bersama Acha dan seorang laki-laki.

            “Sedang apa kamu di sini, Cha?” tanya Ify.

            “Aku hanya ingin minta maaf,” kata Acha.

            Acha kembali menundukkan kepalanya. Setengah mati ia menahan tangis. Genggamannya pada Ozy sudah ia eratkan sedari tadi. Bibir bawahnya pun sudah ia gigit sebisa mungkin, meminimalkan resiko tangisnya yang akan pecah.


Berat ku rasa hari ini

Masih terdengar di telingaku semua kata
Tersadar ku tlah sakiti hatimu
Meski bukan maksudku tuk lukai perasaan
*courtesy of LirikLaguIndonesia.Net
Kasih maafkanlah aku dan jangan kau membisu
Karna kesalahanku, keegoanku
Berikanku kesempatan tuk perbaiki semua
Karna ku hanya ingin membuatmu bahagia

Ku rindukan tawa dan candamu saat ini

Yang biasa mengisi hariku, warnai hidupku
Ku perlukan cintamu, hadirmu di sini
Ku mohon kembalilah padaku seperti dulu

Kasih maafkanlah aku dan jangan kau membisu

Karna kesalahanku, keegoanku
Berikanku kesempatan tuk perbaiki semua
Karna ku hanya ingin membuatmu bahagia

Kasih maafkanlah aku dan jangan kau membisu

Karna kesalahanku, keegoanku
Berikanku kesempatan tuk perbaiki semua
Karna ku hanya ingin membuatmu bahagia

Kasih maafkanlah aku dan jangan kau membisu

Karna kesalahanku, keegoanku
Berikanku kesempatan tuk perbaiki semua
Karna ku hanya ingin membuatmu bahagia
            “Maaf,” Acha menutup senandungnya dengan kata maaf dan air mata yang jatuh dari pelupuknya.

            “Maafin kami jugaaa!”

            Kesepuluhnya pun berpelukan. Genggaman tangan Ozy dan Acha perlahan terlepas. Digantikan dengan pelukan dari kesembilan sahabatnya pada Acha. Ozy tersenyum melihatnya. Akhirnya gadisnya itu dapat tersenyum kembali..

            “Maaf karena ga ngabarin kalian soal aku dan Ozy,” kata Acha.

            “Maaf juga karena kami terlalu egois,” balas Angel.

            “Iya. Tapi mulai sekarang, aku janji, aku akan coba lebih terbuka lagi sama kalian,” kata Acha, kesembilan sahabatnya pun mengangguk.

            Perlahan, pelukan itu sedikit melonggar. Mereka bersepuluh mengusap air mata masing-masing. Acha pun tersenyum pada Ozy. Menggumamkan kata terima kasih untuk lelakinya itu. Ozy balas tersenyum dan mengacungkan jempolnya.

            “Teman-teman, kenalin.. Dia yang namanya Ozy,” ujar Acha, suaranya masih sedikit parau.

            Ozy kembali tersenyum pada kesembilan sahabat gadisnya itu. Tangan kanannya juga melambai pada mereka bersembilan.

            “Hay, Ozy!”

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar